“Sekaratnya
Sistem Kapitalisme dan
Bangkitnya
Gerakan Perlawanan Rakyat dunia”
Imperialisme merupakan tahapan tertinggi dan fase akhir dari Sistem Kapitalisme sebagai
bentuk yang paling keji dan brutal. Imperialisme sudah tak Asing ditelinga dan
Mulut rakyat, sebab mereka telah memahami bahwa Imperialisme adalah sumber
petaka bagi seluruh Rakyat dunia. Krisis dan penderitaan Rakyat adalah akibat
dari kerakusannya dan, Kebangkitan Gerakan perlawanan Rakyat adalah keniscayaan
hingga kehancuran itu mutlak Baginya!
Krisis
Global yang kian hebat, Menandakan Sekaratnya Sistem Kapitalisme.
Watak “Eksploitatif
(Penghisapan dan Pengerukan), Akumulatif (Penumpukan bahan mentah dan hasil
produksi), dan Ekspansif (Perluasan: Penguasaan atas pasar dan sasaran
penghisapan)” adalah cermin kerakusan dari system kapitalisme. Dengan watak
tersebut sudah menjadi hukumnya bahwa Imperialisme pasti akan melahirkan
krisis. Dari berbagai
tesis yang pernah ada, tidak terbantahkan bahwa Imperialisme tidak akan pernah mampu menyelesaikan deritanya atas krisis
tersebut kecuali kehancuran yang akan menjadi penghujungnya.
Dibawah kepemimpinan Amerika Serikat (AS), krisis global
didalam tubuh Imperialisme tersebut secara bertahap, bahkan dengan begitu cepat
terus merosot dan semakin memburuk. Faktanya bahwa krisis tersebut, kini
semakin hebat, kronis dan terus meluas. Krisis ekonomi dan keuangan global yang
terjadi di AS pada tahun 2008 akibat over-produksi atas barang-barang teknologi
tinggi, elektronik dan senjata telah
menyebabkan depresi ekonomi dunia yang berat hingga sekarang. Situasi tersebut, kini semakin merosot dan telah diperparah dengan krisis
keuangan akibat kerakusan spekulasi keuangan tak terkendali oleh kapitalis
monopoli itu sendiri. Barang-barang komoditas produksi massal yang dihasilkan
semakin menumpuk di tengah perkembangan pasar yang semakin menyempit dan
merosotnya daya beli rakyat.
Krisis susulan pasca krisis keuangan 2008-2009 yang
menimpa perusahaan-perushaan besar dunia, kini menjelma krisis utang yang
menimpa negeri-negeri besar seperti AS dan Uni Eropa seperti Yunani, Portugal,
Spanyol, Italia, Irlandia, dan Hongaria. Krisis utang ini meliputi masalah
pembengkakan utang publik yang telah melewati batas wajar karena melebihi PDB
suatu negeri dan masalah ancaman gagal bayar (default). Krisis utang publik tersebut, kini telah membawa dampak
serius terhadap moneter, perbankan, kemerosotan ekonomi, naiknya jumlah
pengangguran dan kemiskinan. Kemerosotan ekonomi yang menimpa dunia sekarang
ini menandakan ketidakberdayaan seluruh negeri imperialis (G-8) beserta
institusi keuangan dunia bentukan imperialis (IMF, Bank Dunia, EOCD, ADB). Skema
dana talangan (Bail-out) yang selalu menjadi solusi utama (andalan) dalam
menyelesaikan krisisnya, sejak fase perkembangan dari system kapitalisme hingga
zaman Imperialisme saat ini, tidak pernah terbukti mampu menyelesaikan krisis
yang dideritanya.
Dalam situasi demikian, Imperialisme terus menimpakan
beban tersebut diatas pundak Rakyat diseluruh dunia dengan berbagai skema penghisapan
yang dibentuknya. Melalui perjanjian-perjanjian dan kerjasama bilateral maupun
multilateral, Rezim boneka yang telah dibentuknya diberbagai negeri dipaksakan
untuk terus mengimplementasikan skema-skema tersebut secara maksimal, terutama
di negeri-negeri setengah jajahan dan setengah feodal seperti Indonesia.
Bahkan, terhadap Negara-negara yang melakukan proteksi atas dominasi Imperialis
didalam Negerinya, dihadapkan dengan Agresi dan berbagai provokasi yang sudah
pasti menyengsarakan Rakyat.
Selain dengan upaya-upaya tersebut, Imperialisme juga
melakukan Konsolidasi atas negara-negara kawasan, baik di Kawasan Eropa maupun
Asia untuk memperkuat pengaruh dan dominasinya untuk memaksa Negara-negara
dalam kawasan tersebut ikut bertanggungjawab atas krisis yang dialaminya.
Kongkritnya, selain pemaksaan untuk melakukan pemotongan subsidi Publik,
menaikkan pajak dan menjalankan kebijakan neo Liberal yang manifes dalam bentuk
Komersialisasi dan privatisasi atas berbagai sector public dan jasa, Negara-negara
tersebut juga tetap akan dijadikan sebagai sumber penghisapan bahan mentah,
sumber tenaga kerja murah dan pasar yang luas bagi pasar produksi Imperialisme
yang telah lama tertimbun dan terus menumpuk.
Konsolidasi Imperialisem dikawasan Asia, melalui ASEAN,
dengan Negara-negara yang kaya akan sumber daya alam dan populasi yang besar tentu
dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan bahan mentah dan tenaga kerja murah,
sekaligus sebagai pangsa pasar yang besar. Sehingga konsolidasi ASEAN terus diperluas
dan dikembangkan untuk konsolidasi Asia timur yang disandarkan pada empat
Negara besar yang memiliki jaminan atas bahan mentah dan populasi tersebut
yaitu, China, India, Australia dan Indonesia. Komposisi keanggotaan EAS yang
begitu penting dalam ekonomi dunia, membuat Amerika Serikat semakin agresif
dalam melakukan dominasi dan memegang kendali atas EAS.
Selain dengan skema-skema perjanjian ekonomi, Politik dan
Kebudayaan tersebut, Imperialisme AS juga terus melakukan promosi dan membangun
kerjasama militer dan pertahanan dengan menggunakan isu terorisme. Dalam aspek
tersebut, selain kepentingannya atas perdagangan senjata, Imperailisme AS
sangat berkepentingan membangun kerjasama Militer untuk meng-counter gerakan
Rakyat anti Imperialisme yang terus meluas. Bahkan Imperialisme AS sendiri
telah menjalankan program Counter Insurgency-nya (COIN) dan telah menerbitkan
buku panduan (Guide Book) untuk menjalankan COIN tersebut diberbagai Negeri.
Artinya bahwa, segala upaya akan dilakukan oleh Imperialisme dalam melakukan
penghisapan dan upaya penyelamatan dirinya atas krisis yang tengah diderita,
baik dengan perjanjian kerjasama ataupun jalan kekerasan bahkan agresi militer.
Gerakan Rakyat Tak Pernah Mati, terus Bangkit
dan meluas ke seluruh Negeri
Kemiskinan
terus meluas dan penderitaan rakyat semakin hebat, demikian kondisi yang telah
diciptakan Imperialisme atas kerakusannya dalam melakukan penghisapan seluruh
aspek kehidupan rakyat. Kesakitan-kesakitan, keterpurukan dan berbagai bentuk
penderitaan lainnya terus terakumulasi dan semakin membesar sebagai pemantik
bangkitnya gerakan perlawanan rakyat untuk membebaskan diri dari penindasan
keji Imperialisme bersama borjuasi komprador dan rezim bonekanya.
Semakin hari
gerakan perlawanan rakyat diberbagai Negeri terus bermunculan dan Intensif. Hal
tersebut membuktikan bahwa gerakan perlawanan rakyat telah bangkit dan terus
meluas hingga seluruh penjuru dunia dari berbagai sector dan golongan.
Teriakan-teriakan Rakyat menuntut pemenuhan Hak-hak dasarnya, kecaman-kecaman
terhadap Imperialisme atas penidasan dan
penghisapan serta pembelejetan atas berbagai kebijakan Anti Rakyat dari rezim
Boneka dalam Negeri terus menggema diberbagai negeri, terutama di Negeri-negeri
jajahan, setengah jajahan dan setengah feudal seperti Indoneisa yang gerakannya
mulai bermunculan baik di perkotaan maupun pedesaan.
Gerakan rakyat
di Filipina dan Negeri lainnya dikawasan Asia, Gerakan Rakyat di Timur tengah,
Hingga Eropa bahkan di Amerika Serikat sendiri telah mencerminkan gerakannya yang
anti terhadap Imperilisme. Gerakan-gerakan tersebut telah muncul baik secara
spontan maupun terorganisir dan terencana. Sudah sejak 10 (Sepuluh) tahun yang
lalu, telah lahir Organisasi Rakyat yang berskala Internasional dengan Watak
Anti Imperialisme, yaitu Liga Perjuangan Rakyat Internasional (International League of People’s
Struggle/ILPS). ILPS menghimpun Organisasi-organisasi rakyat anti
Imperialisme diberbagai sector dan golongan serta dengan berbagai isu spesifik
diseluruh dunia.
Pada Bulan
Juli lalu, tepatnya tanggal 07-09, ILPS telah menyelenggarakan Kongresnya yang
ke-4 dengan berbagai rangkaian kegiatan sebagai upaya untuk memaksimalkan
propaganda atas berbagai persoalan rakyat diberbagai sector atas dominasi dan
penghisapan Imperialisme. Acara tersebut dihadiri oleh sedikitnya 500 Orang
peserta perwakilan dari 300an Organisasi dari 40 (Empat puluh) Negara, termasuk
salah satunya adalah ILPS Indonesia yang sudah memiliki 12 Organisasi Anggota
hingga sekarang. Dalam Acara tersebut, ILPS Indonesia mengirimkan 15 Orang
Delegasi dari: Gabungan Serikat Buruh Independent (GSBI), Aliansi Gerakan
Reforma Agraria (AGRA), Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI), INDIES, Serikat
Pekerja Hukum Progressif (SPHP), Liga Premuda Bekasi (LPB) dan, Front Mahasiswa
Nasional (FMN).
Untuk hasil
yang Objektif dalam menilai dan menganalisa situasi Internasional atas berbagai
persoalan Rakyat yang ditimpakan oleh Imperialisme, telah dilakukan
pendiskusian-pendiskusian yang dalam melalui forum-forum sektoral dan
multisektoral yang diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan kongresnya.
Simpulan program perjuangan ILPS yang akan dijalankan oleh seluruh anggota
disetiap Negara selama 4 (Empat) Tahun kedepan, dibacakan oleh perwakilan Masing-masing
komisi. Sorak-sorai penuh antusias seluruh peserta semakin memeriahkan acara
tersebut dan, mencerminkan semangat persatuan Internasional dan komitmen
perjuangan yang kuat melawan Imperialisme.
Tepat
setelah acara Internasional tersebut diselenggarakan, ILPS diberbagai Negeri
telah menunjukkan peranannya dalam memimpin gerakan Rakyat yang menohok kepada
Imperialisme dan penguasa didalam negeri atas penindasannya yang semakin
brutal. Di Filipina misalnya, Gerakan rakyat disetiap sector terus meluas dan
melakukan protes tiada henti dipusat-pusat pemerintahan dengan kemampuan
mobilisasi mulai ratusan hingga puluhan ribu massa. Di Amerika sendiri, ribuan
Massa membludak turun kejalan dan berujung pada pendudukan Wallstreet (Occupy
Wall Street) dan, tepat tangal 15 Oktober 2011 ILPS secara serentak di 83
Negara menyelenggarakan Aksi bersama dengan Tema “Hari Aksi Global Melawan
Imperialisme, Perampokan, Agresi dan Perang”. Selain menunjukkan kemarahan,
kejenuhan dan komitmen perjuangan rakyat melawan penghisapan Imperialisme, gerakan
hari aksi Global tersebut juga membuktikan persatuan kuat Rakyat dunia anti
Imperialisme atas kesamaan pandangan dan sikap meletakkan Imperialisme sebagai
sumber petaka dan musuh bersama bagi Rakyat tertindas diseluruh Dunia.
Berbagai
pergolakan dan bentuk-bentuk perjuangan Rakyat diseluruh dunia semakin
membuktikan bahwa gerakan Rakyat tidak pernah terhenti, melainkan terus
berkembang, meluas dan semakin kuat dan akan menghantarkan Imperialisme pada
puncak kehancurannya. Gerakan-gerakan tersebut akan terus menjadi Inspirasi
bagi Rakyat tertindas lainnya diberbagai negeri, bahwa tiada jalan lain untuk
melepaskan diri dari ketertindasan saat ini melainkan dengan mengorganisasikan
diri dan berjuang bersama. Bagi Rakyat tertindas di Negeri jajahan, setengah
jajahan dan setengah Feodal (SJSF) seperti Indonesia, tidak lagi bisa dikibuli
dengan Ilusi demokrasi palsu ataupun janji kesejahteraan atas nama pembangunan.
Bagi Rakyat
di Negeri SJSF. Dengan pemerintahan yang berada dibawah kuasa Rezim penghamba
seperti Susilo Bambang Yudhoyono yang telah semakin terang menunjukkan Watak
Fasisnya, Anti kritik, anti rakyat dan anti demokrasi. Telah terang tiga Musuh
utamanya “Imperialisme, Feodalisme dan Kapitalisme Birokrat”, maka terang pula
jalan keluarnya yaitu Perjuangan Demokratis Nasional yang mencerminkan
perspektif perjuangan Anti Imperialisme dan Anti Feodal dengan watak Patriotik,
Demokratik dan Militant.
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Solidaritas Perjuangan Internasional!
0 komentar:
Posting Komentar