Press
Release
SBY-Boediono,
Rezim Anti Kritik dan Anti Demokrasi!!
Tolak
Pertemuan APEC dan Bubarkan WTO-Bebaskan Kawan Kami sekarang juga!
Salam Demokrasi!
Sepanjang pemerintahannya, sejak periode
pertama hingga menjelang akhir periode kedua kepemimpinannya kini, Susilo
Bambang Yudhoyo (SBY) terus mewarnai kekuasaannya dengan berbagai bentuk
kekerasan dan perampasan atas hak Rakyat. Bahkan ditengah kemeresotan ekonomi
yang menghantam penghidupan rakyat sekarang ini, SBY terus membalut
kebobrokannya dengan berbagai kebohongan yang memutarbalikkan kenyataan akan
kemiskinan dan pendiritaan rakyat. Terus dengan kebohongan, SBY tak
putus-putusnya menebar Ilusi akan meningkatnya kesejahteraan, menurunnya angka
pengangguran dan kemiskinan sebagai capaian dalam pemerintahannya dan secara
lansung dapat memperbaiki penghidupan rakyat yang akan terus semakin baik.
Namun, janji-janji seperti demikian itu,
tentu tidak akan pernah mampu bertahan lama mengelabui Rakyat yang semakin hari
terus terhimpit secara ekonomi, terperosok secara budaya dan terkekang secara
Politik. Kebohongan-kebohongan yang berbanding terbalik dengan kenyataan hidup
Rakyat tersebut akan terus secara bertahap menigkatkan kesadaran Rakyat untuk
berlawan. Kesakitan-kesakitan rakyat yang terus ditutup-tutupi tersebut akan
terus terakumulasi dan menggumpal sebagai dasar yang akan terus memupuk kesadaran
rakyat yang secara bertahap akan terus semakin maju dan memuncak pada suatu
titik dimana pemerintah dengan segenap perangkatnya sekalipun tidak akan pernah
mampu membendungnya.
Ditahun 2013 ini, Indonesia telah ditetapkan
menjadi tuan rumah penyelenggaraan seluruh Pertemuan Global (MDGs, APEC dan
WTO) yang secara lansung di Intervensi oleh Imperialisme AS. Seperti yang
diketahui bahwa seluruh skema global tersebut merupakan kendaraan-kendaraan
bagi Imperialisme untuk terus memperluas dominasi dan penghisapannya terhadap
rakyat. Melalui MDGs yang disepakati sejak tahun 2000 dengan masa program
hingga tahun 2015 mendatang, Imperialisme bersama seluruh rezim boneka
bentukannya diberbagai Negeri (Termasuk Indonesia) telah menancapkan ilusi
dibenak rakyat bahwa program tersebut adalah jalan keluar bagi seluruh Negeri
untuk melawan kemiskinan, menghapus pengangguran, meningkatkan akses pendidikan
dan kesehatan, melestarikan lingkungan. Ilusi tersebut adalah jalan keluar
dikeluarkan oleh Imperialisme sebagai “Ilusi” untuk menjawab tuntutan rakyat,
sekaligus untuk menghambat kesadaran dan membendung perlawanan rakyat yang
terus meningkat.
Demikian halnya dengan Asia Pacific Economic
Cooperation (APEC) dengan ilusi kemandirian kawasan, sejatinya bukanlah skema
kerjasam regional yang independen. Sebab, didalamnya tertancap kuat intervensi
Imperialisme AS melalui boneka-bonekanya di Negara-negara Asia. Melalui
kaccung-kaccungnya tersebut, Imperialisme terus mendorong seluruh Negara di
Asia Pasifik untuk menerima dan mengadopsi seluruh skemanya (Termasuk program MDGs dan WTO). Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan pokok-pokok program APEC yang terintegrasi
secara lansung dengan seluruh skema Global, bahkan secara lansung
diorientasikan untuk mensukseskan seluruh program global anti rakyat tersebut.
Tidak habis brutalnya, melalui skema kerjasam
perdaganagn yang diformulasikan dalam organisasi perdaganagn dunia (WTO),
Imperialisme memaksa Negara-negara anggotanya untuk melakukan liberalisasi
perdagangan, bahkan dengan menarik sejumlah sektur public kedalam sector jasa,
sehingga dapat diperjual belikan (Contoh:
Kesehatan dan Pendidikan). Skema
using perdagangan tersebut (WTO), telah semakin menghancurkan pertumbuhan
ekonomi Negara-negara berkembang diseluruh dunia, dengan liberalisasi
perdagangan sebagai inti dari skema tersebut, telah secara lansung memukul
kemampuan produksi industry menengah di Negara-negara berkembang dan bergantung
yang tidak akan pernah mampu bersaing dengan kapitalisme monopoli
(Imperialisme) yang telah menguasai seluruh aspek perdagangan, baik penguasaan
atas modal, pasar dan jumlah produksi yang senantiasa dalam jumlah yang besar
(Massal).
Dalam kerangka tersebut, Pemerintah Indonesia
telah berkomitmen untuk menjalankan seluruh upayanya guna mensukseskan seluruh
pertemuan global, demi tercapainya seluruh target yang ingin dicapai didalam
setiap pertemuan tersebut. Terbukti dalam aspek keamanan, pemerintah tidak akan
pernah segan untuk mengerahkan pasukan keamanannya (TNI dan POLRI) untuk
menjaga keberlansungan pertemuan tersebut. Pemerintah bahkan tidak akan pernah
ragu untuk melakukan berbagai tindakan anti demokrasi terhadap Rakyat, mulai
dari tindakan Intimidasi, penangkapan, pemukulan sampai pada penahanan setiap
kelompok atau massa rakyat yang melakukan protes atas seluruh skemanya.
Hari ini, Sabtu, 20 April 2013. SBY semakin
terbuka menunjukkan watak anti kritiknya, sekaligus sebagai bukti kepatuhannya
pada sang Tuan “Imperialisme” untuk mengamankan pertemuan Menteri APEC yang
berlansung di Surabaya sampai Besok. Dalam hal ini, melalui aparat keamanannya
(secara khusus, POLTABES Surabaya), SBY telah melakukan tindak kekerasan dan
penahanan terhadap 4 (Empat) Orang aktivis yang melakukan aksi protes dan
penolakan atas pertemuan APEC yang tengah berlansung di Surabaya. Massa Aksi
yang ditahan tersebut diantaranya: 1).
Fedi Bhakti Patria, 2). Rifky Wahyu Setiadji, 3). Mukhlisin, (ketiga-tiganya
adalah Anggota FMN Surabaya) dan, 4). Harun Rasyid dari Forum Komunikasi Pemuda
Surabaya (FKPS). Sampai release ini dikeluarkan, keempat Massa aksi
tersebut masih ditahan di Poltabes Surabaya (Belum dibebaskan). Peristiwa
tersebut, “Sekali lagi” semakin membuktikan bahwa Pemerintah Indonesia dibawah
kuasa Susilo Bambang Yudhoyono adalah rezim anti kritik, anti demokrasi dan
anti terhadap rakyat.
Berdasarkan pada paparan diatas, kami dari Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional
(PP-FMN) “Mengecam keras pembubaran
paksa dan penahanan empat orang massa aksi IPA yang dilakukan oleh Pasukan
keamanan (POLRI) Poltabes Surabaya tersebut”. Kami mendesak kepada
Kapoltabes Surabaya untuk Segera “Membebaskan
Keempat massa Aksi yang masih ditahan di Poltabes Surabaya”. Bersama ini,
kami juga menyatakan sikap “Mendukung”
Aksi protes Indonesian People’s Alliance
(IPA) Surabaya dengan seluruh Tuntutannya:
1.
Bebaskan
Empat Orang Massa Aksi IPA yang ditahan di Poltabes Surabaya, sekarang juga!
2.
Tolak Pertemuan KTT APEC sebagai Wujud liberalisasi ekonomi di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik!
3.
Bangun
kerjasam perdagangan yang adil dan mengabdi pada Rakyat!
4.
Ciptakan industry nasional yang kuat dan mandiri!
5.
Tolak KTT APEC sebagai wujud penjajahan gaya baru!
6.
Realisasikan anggaran pendidikan 20% diluar gaji guru, dosen dan sekolah
kedinasan !
7.
Berikan lapangan pekerjaan bagi rakyat !
8.
Stop PHK, Outsourching, dan system kerja kontrak !
9.
Berikan Upah sesuai KHL (Kebutuhan hidup layak) !
10.Laksanakan UUPA no 5 tahun 1960 dan Laksanakan Landreform (Tanah untuk rakyat)!
11.Berikan kebebasan berpendapat, berserikat dan
berorganisasi bagi rakyat!
12.Hentikan tindakan kekerasan terhadap Rakyat!
13.Berikan kesehatan gratis untuk rakyat!
14.Cabut UU Perguruan Tinggi sebagai wujud Komersialisasi
Pendidikan!
15.Stop overcharcing tehadap buruh migran!
16.Berikan perlindungan hukum terhadap buruh migran!
Demikian press release ini disampaikan untuk
memberitahukan kepada massa luas sekaligus untuk menggalang dukungan dan
persatuan yang lebih luas guna melawan seluruh skema penghisapan Imperialisme
dan Kompradornya terhadap Rakyat.
Jayalah Perjuangan Rakyat!
Jayalah Front Mahasiswa Nasional!
Jakarta, 20
April 2013
Pimpinan
Pusat
L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal
0 komentar:
Posting Komentar