Selamat Hari Sumpah Pemuda Ke-85 !
“Pemuda Mahasiswa Bersatu Melawan
Liberalisasi Untuk Pembangunan yang Mengabdi Pada Rakyat.”
JUNK WTO!
Sejak 85
tahun silam, setiap tanggal 28 Oktober seluruh rakyat
Indonesia, khususnya pemuda memperingati Hari Sumpah Pemuda. Usia dari salah satu momentum bersejarah dalam masyarakat Indonesia
tersebut (Sumpah Pemuda) bahkan
lebih
tua dibanding dengan usia kemerdekaan
di Indonesia, yakni pada tanggal 28 Oktober 2013 ini
tepat 85 tahun. Tentu hal ini menunjukkan bagaimana peranan besar pemuda di
suatu bangsa yang mempunyai karakter dinamis, aktif dan dengan mobilitas yang tinggi
menjadikan pemuda sebagai salah satu pelopor perubahan suatu bangsa, dan
sekaligus menjadi tenaga produktif yang menyongsong kedaulatan rakyat.
Dalam peringatan sumpah pemuda kali ini, FMN sebagai Ormass Pemuda Mahasiswa, sangat
penting untuk menggali kembali hakekat dan arti penting dibalik sejarah
lahirnya momentum tersebut yang diikarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah
Pemuda sebagai moment kebangkitan pergolakan rakyat di abad 20 yang telah
dijajah dan ditindas sejak abad 17. Sumpah pemuda menjadi bagian dari sejarah
panjang perjuangan rakyat melawan penindasan kolonial asing beserta tuan tanah
lokal di Indonesia. Dengan semangat kemerdekaan, dalam ikrarnya pemuda
Indonesia besumpah “bertanah air yang
satu, berbangsa yang satu, berbahasa yang satu yaitu Indonesia”. Penggalan
dari isi Sumpah Pemuda tersebut, telah menjadi semangat yang mencerminkan tekad
persatuan untuk perjuangan mewujudkan kemerdekaan bangsa yang berdaulat.
Kini, ditengah penghidupan rakyat
yang semakin menderita akibat penghisapan kapitalisme monopoli bersama borjuasi
besar komprador dan tuan tanah yang bahkan seluruh kepentingannya diwakilkan
oleh Pemerintah boneka yang berkuasa saat ini, pemuda mahasiswa harus lebih
bersemangat lagi melawan berbagai macam kebijakan yang mempertahankan
keterbelakangan rakyat hingga tertancap penindasan yang begitu massif dengan
berbagai rupa.
Kenyataannya, Rezim penghamba
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kian hari semakin terang menunjukkan watak
kompradornya sebagai kaki tangan Imperialisme dan tuan tanah. SBY telah menjadi
makelar dagang atas bumi nusantara ini beserta isinya, SBY telah menjadi
pengecer setiap jengkal tanah diseluruh daratan negeri ini, SBY juga telah
menjadi lintah darat yang tak putusnya menghisap darah rakyat yang bahkan jauh
lebih rakus jika dibandingkan dengan vampire ataupun mahluk penghisap darah
lainnya. Kenyataannya meunjukkan bahwa memang tak satupun hak-hak dasar rakyat
yang terlepas dari genggamannya untuk dihidangkan sebagai sajian bagi sang tuan
yang selalu lapar dan gemar berpoya-poya bergelimang harta diatas derita
seluruh rakyat.
Kenyataan lainnya, yang selaras
dengan penderitaan rakyat yang semakin memilukan bahwa, tak satupun skema dan
kebijakan tuannya (imperialis) yang gagal ditancapkan di Negeri ini. Seluruh kebijakan dan regulasinya senantiasa menjadi pelindung atas setiap
skema penghisapan Imperialisme. Salah satu dari sekian kebijakan imperialisme tersebut
yakni kerjasama global organisasi perdagangan dunia (WTO) yang mana
pertemuannya akan diselenggarakan bulan desember mendatang. WTO melalui
pertemuannya yang akan diselenggaran di Bali nanti, akan semakin mempertajam
penghisapannya dan memperburuk keadaan rakyat Indonesia pada khususnya. Perampasan
upah, tanah dan kerja yang selama ini
sudah menjadi paceklik bagi rakyat, akan jauh semakin hebat dan massif akibat kebijakan
liberalisasi yang diskemakan didalam WTO.
Dengan paket
liberalisasi, privatisasi, deregulasi, pencabutan subsidi, penghapusan tarif
dan, ekspor capital besar-besaran, merupakan bentuk kebijakan neoliberalisme dari
Imperialisme AS untuk memindahkan beban krisis di atas pundak rakyat setengah
jajahan-setengah feudal pada khususnya. Skema tersebut (WTO) sebagai mesin
liberalisasi perdagangan, pemuda dan mahasiswa pun tidak terlepas dari
jeratannya. Seperti yang telah berlansung selama ini bahwa,
Pendidikan pun yang sejatinya adalah hak pemuda dan seluruh rakyat telah secara
mutlak menjadi sasaran liberalisasi semenjak kenggotaan Indonesia didalam WTO. Dengan
berlakunya UU No. 7 Tahun 1994 tentang ratifikasi perjanjian WTO dan
perjanjian-perjanjian multilateral telah menjadi wujud nyata ketertundukan atas
liberalisasi di Indonesia, ketentuan-ketentuan WTO yang mengatur perdagangan barang, jasa dan
hak atas kepemilikan intelektual yang terkait dengan perdagangan (trade
related intellectual property rights) terus dipaksakan.
Merujuk kepada agenda-agenda utama yang
akan menjadi pembahasan didalam KTM ke-9 WTO Desember nanti, utamanya tentang
program fasilitasi perdagangan (trade
facilitations) dan liberalisasi jasa, masadepan pemuda tergambar kian
suram. Secara khusus inisiatif kebijakan dibalik trade facilitations akan kian
membuka ruag perampasan tanah yang semakin lebar, mengintensifkan pasar tenaga
kerja dan tidak berkembangnya industry kecil dan menengah didalam negeri.
Seluruh skema didalam kebijakan tersebut secara lansung telah merampas hak
pemuda untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan yang ilmiah dan berkualitas.
Disekolah dan kampus-kampus, peserta didik
akan semakin dijejali dengan kurikulum yang sejatinya sangat jauh dari
kenyataan hidup rakyat, demi untuk melahirkan tenaga-tenaga low skill yang bisa
dipekerjaan secara maksimal didalam sektor-sektor jasa dan domestic. Kesempatan
untuk memajukan dan mengembangkan teknologi akan semakin terhambat, sementara
aspirasi dan kemampuan untuk membangun Industri nasional akan semakin dijauhkan
dan diletakkan sebagai impian semata yang “mustahil” dapat tercapai. Persoalan
lainnya, ditengah kenyataannya (pendidikan) yang tidak ilmiah, pendidikan tetap
akan menjadi barang mahal dan istimewa bagi rakyat yang akan sangat sulit
diakses oleh anak kaum tani dan buruh akibat liberalisasi yang menjerat
pendidikan dengan skema privatisasi dan komersialisasi. Terlebih kenyataannya,
biaya pendidikan terus melonjak tinggi, sementara pemerintah terus menurunkan
bahkan berusaha untuk mengapus anggaran pendidikan.
Berdasarkan pada kenyataan hidup rakyat dan
kondisi pemuda sekarang ini, dengan mengambil semangat sumpah pemuda, maka akan
menjadi peristiwa yang yang sangat berarti jika hari ini pemuda diseluruh
Indonesia kembali “menyatakan sumpah” untuk memperbesar dan memperkuat
persatuannya, berjanji untuk melawan segala bentuk penindasan, berjanji untuk
menjadi pelayan setia bagi rakyat untuk bersama mewujudkan kemerdekaan dan
kedaulatan sejati bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemuda dan mahasiswa harus kembali
menunjukkan kepeloporannya dalam pengabdian dan ketangguhannya melawan seluruh
kebijakan neoliberal imperialism menuju kedaulatan sejati dan pembangunan yang
mengabdi pada rakyat.
Semangat Pemuda Mahasiswa, Semangat Kedaulatan rakyat !
Hidup
Mahasiswa!
Hidup
Rakyat Indonesia!
Jayalah
Perjuangan Massa!
JUNK WTO !
Jakarta,
28 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa
Nasional (FMN)
L. Muh. Hasan Harry
Sandy Ame
Sekretaris Jenderal
0 komentar:
Posting Komentar