Front Mahasiswa
Nasional :
11 Tahun perjalanan FMN Sebagai Ormas Massa
Mahasisswa Demnas
“Mari Tingkatkan Kerja
Massa di Kampus untuk Memperbesar dan Memperluas pengaruh FMN Sebagai alat
Perjuangan Mahasiswa”
Pertama-tama atas nama Pimpinan Pusat FMN saya mengucapkan Selamat
memperingati ulang tahun FMN yang ke-11 Tahun. Kepada seluruh
jajaran organisasi baik kepada pimpinan Cabang, Ranting serta Anggota, saya
sampaikan hormat yang setinggi-tingginya atas keuletan dan keteguhan dalam perjuangan massa
selama ini yang menjadikan FMN sebagai Ormass mahasiswa yang anti Imperialisme,
feodalisme dan kapitalis birokrat. FMN sebagai ormass mahasiswa di kampus, mengemban
tugas untuk membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakkan mahasiswa agar
terlibat aktif dalam perjuangan kita. Sebagai organisasi mahasiswa, kita
mempunyai peran dalam memperjuangkan kebudayaan yang maju yakni mewujudkan pendidikan
yang ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat.
Sebagaimana kita ketahui, pada tanggal 18 Mei tahun ini FMN berumur 11 tahun. Bagi dunia ormass mahasiswa di tanah air kita ini, umur 11
tahun termasuk umur yang masih dini yang perlu banyak belajar teori-teori dan
praktek maju di dalam berjuang. Banyak organisasi-organisasi yang berdiri
sebelum dan sesudah FMN didirikan, namun dengan segala kerendahan hati harus
diakui bahwa FMN lah satu-satunya ormass yang mempunyai hari depan
gilang-gemilang. Jadi teranglah, bahwa itu didasari atas keteguhan kita
memegang garis demokrasi nasional sebagai dasar berjuang agar pemuda mahasiswa
dan rakyat Indonesia keluar dari kungkungan imperialism AS dan feodalisme. Untuk
mencapai usia 11 tahun, tentu FMN mesti mempunyai dasar yang sangat kuat dan
keuletan yang luar biasa. Baru saja kita menyelesaikan Kongres IV dan akan
berlangsung kembali Rapat Pleno II DPP. Tentu itu adalah sebuah ketegasan dan
komitmen kita bersama-sama mendiskusikan dan menetapkan segala kebijakan sebagai
usaha untuk senantiasa memperbesar organisasi yang kita cintai.
Apa arti penting pembentukan FMN 11 Tahun
yang lalu ? Pada Tahun
1998 negara Indonesia memasuki zaman reformasi yang disebut-sebut sebagai era
keterbukaan arus demokrasi. Perjuangan mahasiswa sebagai pelopor saat itu,
menuntut turunnya rejim komprador Soeharto dari Pucuk pimpinan selama 32 tahun
berkuasa. Di bawah rejim Soeharto penindasan dialami rakyat tiada ampun dengan
kemiskinan yang merajalela akibat rejim Boneka Soeharto yang sangat setia bagi
tuanny, Imperialisme AS. Dengan berbagai regulasi, seluruh kekayaan alam
diperuntukkan bagi Imperialisme AS. Indonesia yang basis sosialnya setengah
feodal, semakin menjadi-jadi dengan memberikan hak guna, ijin kepada borjuasi
besar komperador, tuan tanah besar, kabir, asing dan militer untuk menguasai
seluruh perkebunan, pertanian dan pertambangan. Masifnya penindasan dan
penghisapan yang dialami rakyat, tentu dibarengi dengan tindasan dari fasis
Soeharto yang kerap memakai fasis terbuka untuk memukul gerakan rakyat. Mulai
dari teror, intimidasi, kriminalisasi, penculikan dan penembakan. Itulah gambaran
dasar bagaimana gerakan reformasi 1998 menjatuhkan rejim komperador Soeharto
yang fasis.
Akan tetapi
dengan semangat reformasi, penghidupan rakyat tidak berubah bahkan mengalami
penghisapan dan penindasan yang sama saja atau malah meningkat. Mulai dari
rejim boneka Habibie sampai Megawati,
tidak ada perubahan yang siknifikan diberikan kepada rakyat. Perampasan upah,
tanah dan kerja menjadi persoalan pokok bagi rakyat Indonesia. monopoli atas
tanah masih tetap tetap terjadi di pedesaan. Kaum tani, suku minoritas tanahnya
dirampas sehingga mereka semakin kehilangan akses atas penguasaan tanah. Walau
kita tahu di masa terror putih Soeharto, kaum tani sudah terampas hak tanahnya.
Sedangkan buruh masih tetap menjadi tenaga kerja murah akibat politik upah yang
murah dan kesejahteraan yang dirampas. Pemuda mengalami depresi akibat
pendidikan mahal dan sempitnya lapangan pekerjaan. Kondisi demikian dialami
juga buruh migran yang mayoritas berasal dari kaum tani. Mereka harus bekerja
di luar negeri akibat tanah yang dirampas dan pekerjaan yang tidak ada di
Indonesia. di perkotaan, masyarakat miskin mengalami penggusuran akibat
pembangunan yang menopang imperialism dan feodalisme. Sementara pemerintah
mulai dari tingkat bawah sampai atas menjadi kapitalis birokrat yang menyalahgunakan
kekuasaan untuk menghisap rakyat.
Melihat kondisi
tersebut, lahirlah FMN pada 18 Mei 2013 di Balai Utan Kayu Jakarta timur (hormat
bagi mereka yang sudah berkorban). FMN secara tegas memandang bahwa Indonesia
adalah masyarakat negara setengah jajahan dan setengah feodal. Melalui rejim
boneka (pemerintah Indonesia) yang senantiasa mengabdi kepada tuannya
Imperialisme AS. Sistem ekonomi Indonesia setengah feodalisme menjadi topangan
kuat bagi Imperialisme AS untuk menancapkan dominasi menguasai secara ekonomi,
politik, budaya dan militer di Indonesia. sehingga FMN menegaskan bahwa kita
tidak akan berdaulat dan mandiri secara ekonomi, politik, budaya, militer
selagi Indonesia masih menjadi negara setengah jajahan dan setengah feodal
dengan 3 musuh rakyat yakni Imperialisme, feudalism dan kapitalis birokrat. Dan
mulai dari FMN dideklarasikan sampai dengan usia 11 tahun ini, kita tetap
memegang teguh garis perjuangan demokrasi nasional sebagai garis politik kita.
Itulah kawan-kawan makna FMN berdiri tegak sampai sekarang.
Jadi teranglah, bahwa tanggal 18
Mei tahun 2003 adalah tonggak sejarah perjuangan demokrasi nasional di kampus
yang anti Imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrat. Tapi selayaknya pula
kita harus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemimpin
pembebasan (Klas buruh), kepada sokoguru pembebasan (Kaum tani), yang telah
memberikan FMN sejuta pengalaman maju yang menjadikan kita teguh, kuat dan
tetap bertalian erat dan percaya dengan aliansi dasar buruh dan tani untuk
melawan 3 musuh rakyat.
Ke depan
perjuangan FMN akan lebih besar dan hebat lagi. Di tengah-tengah krisis
imperialism AS yang semakin akut yang meningkatkan penderitaan rakyat. Kemudian
pemilu 2014 yang akan melahirkan
pengganti rejim boneka SBY , tentu akan mempertahankan perampasan upah, kerja
dan tanah, pendidikan yang mahal dan anti rakyat. Sehingga tantangan bagi FMN akan
terus belajar dan meningkatkan kerja massanya. Karena dengan memperbesar pengaruh
politik dan organisasilah, kita akan dapat melawan 3 musuh rakyat.
Terakhir saya
mengulangi rasa bangga dan hormat saya yang setinggi-tingginya kepada seluruh
pimpinan cabang, ranting dan anggota. tidak luput juga mengucapkan kepada
seluruh mahasiswa di Indonesia yang telah menerima dan mempercayai kehadiran
Front mahasiswa Nasional (FMN) di tengah-tengah kampus selama 11 Tahun. Sebab kami
percaya, bahwa “perjuangan adalah karya
berjuta-juta massa”. Terima kasih, Jayalah FMN.
Hidup FMN !
Jayalah Perjuangan Massa !
18 Mei 2014
Hormat Kami
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)
Front Mahasiswa Nasional (FMN)
Rahcmad P. Panjaitan
S.IP
Ketua
0 komentar:
Posting Komentar