Sulitnya
Akses Pendidikan Adalah Sumber tingginya Buta Aksara Di Indonesia
Oleh:
Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional
Pada tanggal 8
September, dunia serentak memperingati hari yang bersejarah yaitu hari pemberantasan buta
aksara. Sejak 8 September 1964, UNESCO menetapkan dan membangun komitmen
bersama seluruh negara di belahan dunia untuk memberantas penyakit buta aksara.
Semangat ini merupakan usaha untuk mencerdaskan seluruh masyarakat dunia.
Momentum ini juga dijadikan penekanan oleh UNESCO untuk menekan negara-negara
di dunia, termasuk Indonesia agar menjalankan program pemberantasan buta
aksara. Tentu untuk memberantas buta aksara di Indonesia diperlukan upaya untuk
memperbaiki sistem pendidikannya.
Saat
ini justeru pendidikan di Indonesia merupakan sumber dari tingginya buta
aksara. Lepasnya tanggung jawab negara dan didorongnya kebijakan liberalisasi,
komersialisasi dan privatisasi Pendidikan melahirkan mahalnya biaya pendidikan
di Indonesia. Biaya pendidikan yang mahal di Indonesia adalah tembok tebal
penghalang akses rakyat terhadap pendidikan. Bukti nyata dari problem akses
rakyat terhadap penidikan Indonesia telah dipaparkan oleh data partisipasi
sekolah BPS tahun 2014, pada usia 7-12 (SD) angka partisipasinya sebesar
98,36%, Usia 13-15 (SMP) menurun menjadi 90,68%, sedangkan untuk usia 16-18
(SMA) kemabli menurun 63,38%, dan usia 19-24 (Pendidikan Tinggi) hanya sebesar
19,97%. Partisipasi rakyat mengecap pendidikan mengalami penurunan yang drastis
di setiap jenjangnya. Fenomena ini patut dijadikan sorotan kritis, karena
Indonesia telah bercita-cita dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 untuk
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Namun cita-cita luhur itu tidak diikuti oleh
kerja konkrit pemerintahnya dalam menyelenggarakan pendidikan.
Problem utama dari
kecilnya partisipasi rakyat Indonesia dalam mengakses pendidikan bukan
dikarenakan sebuah watak malas dari rakyat, namun dikarenakan mahalnya biaya
pendidikan yang berbanding lurus dengan tingkat ekonomi masyarakat yang lemah.
Menurut data BPS, tahun 2014 ini dari total penduduk Indonesia hasil Sensus
Penduduk 2010 sebesar 237.641.326 jiwa, dari semua itu rakyat miskin di
Indonesia mencapai 28,07 juta jiwa. Terdiri dari 17,74 juta jiwa adalah rakyat
di pedesaan, sementara 10,33 juta jiwa berada di perkotaan. Parameter miskin pun ini diukur dengan
penghasilan-per-kapita per-bulan sebesar Rp 289.041 untuk perkotaan dan Rp
253.273 di desa. Standart pendapatan yang sangat rendah bila dibanding dengan
ketetapan kemiskinan oleh PBB yakni berpendapatan 2 dollar AS per hari. Tentu,
masih banyak lagi rakyat miskin di Indonesia bila memakai angka batas
pendapatan minimum kemiskinan PBB.
Jelas
sudah bahwa rakyat Indonesia sangat
kesulitan dalam mengakses pendidikan dan untuk memenuhi kebutuhan
penunjang pendidikannya (Buku, Seragam, Uang Saku, Ongkos, dll). Dengan
penghasilan yang hanya Rp 289.041/bulan akan begitu saja habis untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya tanpa bisa menyisihkan untuk biaya pendidikan. Dari sinilah
banyak rakyat Indonesa usia sekolah yang terpaksa mengambil jalan untuk menjadi
pekerja, petani, TKI, dan profesi lainnya demi membantu kehidupan keluarga.
Fenomena inilah yang
menjadi sumber dari masih menjangkitnya penyakit buta aksara pada rakyat
Indonesia. Saat ini, rakyat yang menderita buta aksara sekitar 9,9 Juta.
Sedangkan 880.000 lainnya rentan mengalaminya. Belum lagi dengan ancaman putus
sekolah bagi jutaan anak Sekolah Dasar yang harus membagi waktunya terpaksa
bekerja demi membantu mencari nafkah keluarga. Hal ini semua adalah bukti nyata
bahwa pemerintah Indonesia abai dalam penyelenggaraan pendidikan. Pimpinan Pusat Front Mahasiswa
Nasional (PP FMN) Rachmad, mengajak seluruh mahasiswa dan rakyat
Indonesia untuk mengkampanyekan Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia untuk
menyongsong kemajuan rakyat. Serta menuntut pemerintahan mendatang agar mempunyai orientasi memajukan pendidikan dengan meningkatkan akses pelayanan
pendidikan terhadap seluruh rakyat Indonesia.
08
September 2014
Hormat
Kami,
PIMPINAN
PUSAT
FRONT
MAHASISWA NASIONAL
Rachmad
P Panjaitan S.IP
Ketua
0 komentar:
Posting Komentar