“Hentikan Kekerasan
dan Diskriminasi Terhadap Perempuan Indonesia. Tolak kenaikan Harga Beras”
Peran
perempuan merupakan elemen penting dalam perjuangan rakyat. Kebangkitan perempuan
sejatinya akan membawa perjuangan lebih dekat dengan takdirnya untuk
bersama-sama meraih emansipasi baik dalam hal ekonomi, politik dan budaya.
Golongan Perempuan sebagai unsur terbelakang, tertindas dan terhisap pada
masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal, memiliki potensi luar biasa besar untuk
memajukan perjuangan Demokrasi Nasional. Kesabarannya, kedisiplinan,
kegigihannya dan keuletannya dalam menghadapi kehidupan telah teruji. Jumlah
perempuan sebagai pekerja
pun semakin sebanding dengan jumlah pekerja
laki-laki. Bahkan dari waktu ke waktu jumlah perempuan yang menjadi tulang
punggung di di
keluarga semakin meningkat. Sama halnya
dulu, perjuangan perempuan telah menorehkan cerita patriotis dalam melawan
kolonialisme Asing seperti; Kartini, Cut Nyak Dien,
kelompok Inong Bale, dan lain-lain.
Pada tanggal 8 Maret 2015 ini
merupakan Hari Perempuan Internasional
yang sudah diperingati semenjak 8 Maret 1917.
HPI merupakan moment yang
bersejarah bagi perjuangan kaum perempuan di dunia untuk memperjuangkan emansipasi hak-hak atas ekonomi, politik dan sosial budaya. Akan tetapi,
kondisi Perempuan di Indonesia saat ini masih saja mendapatkan bentuk-bentuk penindasan baik
dalam hal kekerasan dan diskriminasi. Dalam periode 2003-2013 saja data umum kekerasan terhadap
perempuan Indonesia menunjukan kenaikan yang signifikan. Tahun 2003 tercatat jumlah perempuan yang mengalami kekerasan sebanyak
7787, Sementara
di
tahun 2013 angka kekerasan meningkat menjadi 279.688 kasus. Sedangkan kasus kekerasan juga tidak kalah dialami oleh Buruh migran Indonesia
yang bekerja di luar negeri. Dari jumlah 8 juta BMI hampir 90% merupakan kaum perempuan dan
data BNP2TKI saja (Versi
pemerintah) menunjukkan, selama
bulan januari 2015 ini telah terjadi 300 kali kekerasan terhadap BMI.
Demikian diskriminasi yang dialami perempuan secara ekonomi,
politik dan sosial budaya masih saja dialami perempuan dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa. Mulai dari kesenjangan upah antara laki-laki dan
perempuan, pengekangan perempuan terhadap kehidupan gelanggang politik dan
berorganisasi, kemudian perempuan dijadikan sebagai objek “diperdagangkan”,
partisipasi pendidikan yang rendah kaum perempuan khususnya di pedesaan, hingga
budaya patrialkal dan liberal yang masih memposisikan perempuan lebih
rendah harkat dan martabatnya di
tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Dan terakhir, kenaikan harga BERAS yang sangat tinggi mulai dari harga Rp.
10.000,- hingga Rp. 15.000,- , merupakan bentuk kegagalan pemerintahan
Jokowi-JK untuk memberikan kesejahteraan dan ketahanan pangan di Indonesia.
Jokowi malah menghina rakyatnya dengan
beras miskin dari program pasar BULOG. Kenaikan BERAS, LPG dan BBM menghantam khususnya kaum perempuan atau
ibu-ibu yang secara khusus mengurusi pengeluaran dari pendapatan yang
pas-pasan. Tingginya harga beras dan kebutuhan pokok di pasar, sudah pasti
melahirkan depresi di kalangan perempuan atau ibu-ibu untuk dapat menekan
pengeluaran yang tak sebanding dengan pendapatan yang pas-pasan.
Oleh karena itu, kami
dari Pimpinan Pusat FRONT MAHASISWA NASIONAL (FMN) pada Kampanye Hari Perempuan
Internasional 08 Maret 2015 yang melakukan aski di hampir 26 kota Se-Indonesia Menyatakan sikap ;
1.
Hentikan kekerasan dan diskriminasi terhadap
kaum perempuan Indonesia, Negara harus memberikan perlindungan sejati bagi
perempuan, demikian pula di dunia institusi pendidikan.
2.
Turunkan Harga BERAS, LPG, BBM dan kebutuhan
pokok rakyat Indonesia.
3.
Ciptakan UU PRT dan UU Buruh Migran Indonesia
yang memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan oleh Negara.
4.
Berikan pendidikan dan kesehatan bagi seluruh
Indonesia tanpa adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan.
Demikian Pernyataan sikap ini FMN sampaikan,
Pemerintahan Jokowi-JK harus dapat memenuhi tuntutan rakyat. Dan terakhir, Selamat
Hari Perempuan Internasional 08 Maret 2015, Ayo Perempuan Indonesia Bangkit
berorganisasi Melawan Penindasan.
08 Maret 2015
Hormat Kami,
Rachmad P Panjaitan
Ketua
0 komentar:
Posting Komentar