Wujudkan
Musik Sebagai Seni Budaya yang mendukung Perjuangan rakyat Melawan Rejim anti
Rakyat Jokowi-JK
“Kemarahan,
ekspresi dalam bermusik adalah Hadiah untuk melawan PenguasaTirani
– Zach De La Rocha (Vokalis RATM)
Musik
merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Melalui music manusia dapat berkarya
dan menunjukkan kebebasan ekspresinya. Musik sejatinya adalah upaya manusia untuk
mengungkapkan kesadaran sosialnya di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam perkembangannya, music menjadi bagian seni dan budaya yang berkembang dalam
masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dari sederet penemuan para arkeolog dan
peninggalan alat musik tradisional dari berbagai bangsa di dunia. Ini
membuktikan bahwa sejak dahulu, manusia telah mengembangkan musik sebagai bentuk
ekspresinya, protesnya untuk menggambarkan kehidupan manusia.
Dewasa
ini music hanya dikenal menjadi sebuah seni yang tidak mempunyai nilai-nilai untuk
menggambarkan perjuangan masyarakat. Music hanya mengembangkan aspek artistic ala
liberal maupun feudal, yang bertujuan untuk membangun kesadaran ataupun kebudayaan
yang mempertahankan tradisi kolot, individual, dan anti social. Selain itu,
music diorientasikan untuk kepentingan komersil yang menghasilkan semata-mata
profit bagi pengusaha-pengusaha industry music. Sehingga music yang merupakan bagian
seni dan budaya yang awalnya menyuarakan kesadaran social semakin kehilangan
orientasi.
Sementara
secara umum, lahirnya genre music di dunia adalah bentuk protes yang
diekspresikan dalam sebuah harmonisasi lirik lagu dan alat music.Sebut saja
beberapa genre yang kemudian berkembang pesat dan digandrungi oleh banyak orang
serta memiliki daya dobrak dan kritik terhadap kondisi sosial yang sedang
berjalan seperti , Reggae, Jazz, Punk dan sebagainya. Sebagaimana music
Jazz yang sekarang ini banyak dianggap genre yang diperuntukkan bagi kalangan pengusaha-pengusaha
maupun tuan tanah. Padahal sementara genre Jazz lahir sebagai bentuk protes kulit
hitam di AS untuk melawan penindasan yang dilanggengkan kapitalis dan Negara.
Demikian Reggae yang diidentikkan dengan style gimbal ditambah dengan
marijuana. Padahal genre Reggae lahir dari tanah Jamaika yang ditujukan untuk melawan
penindasan colonial yang merampas sumber daya alam serta mendiskriminasikan kulit
hitam di Jamaika.
Demikian
perkembangan music di Indonesia yang ikut serta pula menjadi alat seni dan budaya
untuk mendukung pembebasan rakyat Indonesia.Semenjak masa colonial Belanda
Indonesia hingga Revolusi 1945, lagu-lagu perjuangan telah membakar semangat rakyat
Indonesia untuk melawan colonial Belanda. Lagu seperti; 12 November, Indonesia
raya, Maju tak gentar, Halo-halo Bandung, dan sebagainya, menjadi produk music
yang mengabdi kepada pembebasan rakyat Indonesia.
Sementara
pentingnya peranan musik dalam kehidupan manusia inilah yang kemudian
melahirkan ide untuk mendeklarasikan hari musik sedunia. Hal ini dimulai oleh
musisi asal Amerika bernama Joel Cohen pada tahun 1976
yang mengadakan pementasan musik sepanjang hari tanpa jeda, yang kemudian
mengusulkan untuk dideklarasikannya hari musik sedunia pada 21 Juni. Semenjakitu,
tanggal 21 JunidijadikansebagaiperingatanHari music dunia. Akan tetapi, yang
menjadi perhatian bagi kita bahwa sesungguhnya orientasi music saat ini telah mengalami
pergeseran dari seni kebudayaan rakyat menjadi alat hegemoni bagi imperialism untuk
menanamkan system yang menghisap dan menindas.
Pasca
perang dunia II, AS muncul sebagai pimpinan tunggal dari imperialisme dunia.
Skema penjajahan gaya baru yang dilakukan oleh imperialisme AS tentunya tidak
luput dalam aspek budaya, khususnya musik. Perkembangan musik sebagai alat
perlawanan rakyat membuat kubu imperialisme harus menyajikan musik tandingan
untuk meredam kebangkitan musik perjuangan dan perlawanan rakyat. Perkembangan
musik yang dilahirkan oleh kebudayaan imperialis AS kemudian dikenal dengan
musik Pop. Musik Pop lahir beriringan dengan perkembangan dan penemuan
teknologi rekam oleh Thomas A Edison. Perkembanganya pertama kali terjadi di
Inggris dan kemudian berkembang ke benua Eropa dan Amerika. Musik Pop sebagai
genre penghibur dan sebatas cerminan dari perasaansaja yang menanamkan nilai-nilai
humanis dan cinta ala liberal AS. Sehingga pada perkembangannya, musik Pop
terus dimodifikasi dan diarahkan untuk berkembang keseluruh dunia termasuk
Indonesia yang saat ini sangat mempopolerkan Pop untuk menindabobokan masyarakat
khususnya pemuda agar tidak produktif dan jauh dari kenyataan sosial.
Perkembangan
industri musik juga tidak lagi sebagai hasil karya seni dan kebudayan manusia.
Monopoli Label dunia seperti, Warner, Sony, Universal, EMI, yang menguasai
lebih dari setengah industri musik dunia adalah bukti nyata bahwa musik kini
telah menjadi komoditas dan segala bentuk serta isinya ditentukan oleh
keinginan modal milik kapitalis monopoli.
Musik
di Indonesia juga menjadi bagian konstruksi
kebudayaan dalam menopang kepentingan imperialisme, feodalisme, dan kapitalis
birokrat. Bersama dengan perusahaan nasional bidang industry musik, rejim Jokowi-JK
masih saja memproduksi musik-musik yang di luar kenyataan kehidupan rakyat kaum
tani, klas buruh, miskin perkotaan, pemuda mahasiswa dan sebagainya. Artinya
musik yang hadir terus ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai yang anti rakyat,
anti kritis dan anti kenyataan. Tidak ada orientasi musik di Indonesia untuk
menguak hingga mengkritik keadaan dan penindasan yang dialami oleh rakyatnya. Maka
dapat dilihat mulai dari genre pop hingga music dangdut hanya berceritakan kisah
cinta yang membuat rakyat “terhanyut” dan cenderung bertindak liberal.
Berkaca
dari fenomena perkembangan music dan khususnya kaitannya bagi pemuda mahasiswa
yang erat dengan music, harus mampu memproduksi music-musik yang mengangkat realitas
social mulai dari kehidupan klasburuh, kaum tani, mahasiswa yang masih ditindas
oleh 3 musuh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, FMN harus mampu mengoperasionalkan
group-group musiknya untuk menyebarkan music sebagai alat seni dan budaya yang
mendukung pembebasan rakyat Indonesia dari penghisapan dan penindasan yang
dijalankan oleh rejim Jokowi-JK untuk melayani imperialism AS dan feodalisme di
Indonesia.
21 Juni 2015,
PIMPINAN PUSAT
FRONT MAHASISWA NASIONAL
Symphaty Dimas
Ka.Dept Pendidikan
& Propaganda
0 komentar:
Posting Komentar