Kembali Memaknai Bulan Ramadhan dan Ibadah Puasa
Bulan Ramadhan tentunya
merupakan momentum yang selalu dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. Demikian pula umat muslim Indonesia yang
selalu menyambut bulan Ramadhan dengan hati dan pikiran yang bersih nan suci. Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu diyakini sebagai bulan yang penuh dengan kesempatan
memperbaiki
diri dan upaya untuk meningkatkan kualitas diri.
Ibadah puasa yang dilakukan
pada bulan ramadhan merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. Definisi pegertian puasa secara bahasa adalah menahan diri dari
perbuatan hawa, nafsu. Sedangkan secara syariah puasa merupakan menahan diri dari segala hal yang membatalkan
puasa dari sejak terbit fajar shadiq hingga terbenamnya matahari.
Bulan puasa disebut juga sebagai
bulan tarbiyah (pendidikan),
sekurang-kurangnya ada enam nilai pendidikan yang terkandung dalam puasa
ramadhan[1];
pertama,puasa mengembangan kecerdasan
jiwa ( melawan subjektif). Puasa mendidik manusia agar dapat mengendalikan diri
untuk melawan subjektif pada diri manusia yang masih mempunyai sifat-sifat
negatif. Bentuk subjektif yang dimaksud adalah melawan hawa nafsu manusia yang
mengedepankan prinsip keinginannya sendiri untuk kesenangan dirinya sendiri. Orang yang seperti ini digambarkan dalam Al-Quran tergolong
mempunyai kecerdasan yang rendah (QS. At-Tin: 5). Kedua, puasa mendidik kejujuran. Orang yang berpuasa akan menahan
rasa lapar, haus serta hal-hal yang membatalkan puasa dengan penuh kesadaran
tanpa ada yang mengawasinya. Hubungan antara nilai puasa dengan sikap jujur menjadi pelajaran
penting bagi kita dalam menjalani segala aktivitas. Sikap
jujur yang dimiliki manusia dapat melahirkan sebuah tatanan masyarakat yang adil. Ketiga, puasa mendorong kita untuk
senantiasa belajar dalam memahami ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, puasa mendidik kesetaraan.
Sebagaimana umat manusia dalam perkembangan masyarakat, senantiasa berjuangan
untuk kesetaraan untuk menghapuskan diskriminasi serta penghisapan manusia atas
manusia. Kelima, puasa mendidik kita
bersikap disiplin. Dalam berpuasa kita
diajari untuk meningkatkan kedisiplinan diri dalam
menjalankan kehidupan dalam bermasyarakat. Dan keenam, puasa mendidik kesabaran. Oleh Karen itu, Puasa mengajarkan nilai-nilai
tarbiyah yang seyogyanya mempunyai
kesamaan dengan sikap
hidup aktivis massa yang kita pegang teguh. Melawan
subjektif, jujur, disiplin, menjungjung
kesetaraan, sabar, belajar merupakan bagian sikap dari aktivis massa yang
selalu kita terapkan dalam menjalankan
kerja massa
atau kehidupan sehari-hari.
Penyebab Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok di Bulan Puasa
Pada
momentum puasa kali ini rakyat Indonesia kembali dirundung masalah yang
sepertinya menjadi
kelumrahan,
yaitu kenaikan harga kebutuhan bahan pokok. Fenomena kenaikan harga
kebutuhan bahan pokok menjadi persoalan yang terus membayangi kehidupan rakyat Indonesia menjelang
puasa hingga lebaran. Fenomena ini tak terkecuali hadir pada masa kepemimpinan
rejim Jokowi-JK kali ini yang sempat menjadi harapan
rakyat sebagai pemimpin yang peduli kepada nasib rakyat
Indonesia. Namun,
citra rejim Jokowi-JK sebagai rejim yang populis semakin hari semakin terkikis di hadapan rakyat
Indonesia. Bagaimana tidak, rakyat
mulai kecewa kepada rejim Jokowi-JK yang kian hari memperlihatkan watak aslinya, sebagai pemerintahan
yang mengeluarkan kebijakan yang anti rakyat. Bahwa Jokowi-JK semakin
menunjukkan keberpihakannya sebagai kaki tangan
imperialis AS. Kebijakan pencabutan
subsidi, kenaikan harga BBM-TDL, bertambahnya Utang luar negeri, berkuasanya
investasi asing di Indonesia, semakin mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan,
tindakan refesifitas, menjadi bukti yang semakin hari semakin menyengsarakan
rakyat Indonesia.
Saat rakyat Indonesia khususnya
umat islam dengan gegap-gempita menyambut bulan Ramadhan menjalankan ibadah puasa, rejim Jokowi-JK malah kembali mengeluarkan
kebijakan yang anti rakyat, yaitu kembali menaikan harga kebutuhan bahan pokok.
Kebijakan ini tentunya sangat bertentangan dengan kehendak rakyat Indonesia
yang ingin menikmati bulan ramadhan dengan baik dan hikmat. Pemerintah justru semakin
memperberat hidup rakyat Indonesia dengan kebijakan tersebut.
Di
pasar-pasar Indonesia, beberapa sembako yang mengalami kenaikan antara lain
minyak goreng yang sebelumnya seharga Rp 11.500,- kini menjadi Rp 15.000 per kilogram, sementara
Gula Pasir melonjak dari Rp 10.000 menjadi Rp 12.300, per kilogram. Telur ayam juga kembali mengalami kenaikan,
dari Rp 22.000,- menjadi Rp 22.500.- .
Sementara Cabai juga mengalami kenaikan harga. Jenis Cabai Merah Keriting dari
Rp 27.000,- menjadi Rp 30.000,- per kilogramnya. Sementara, jenis Cabai Merah
Besar naik dari Rp 32.000,- menjadi Rp 42.000,- per kilogram. Cabai Jenis Rawit
Merah pun naik, dari Rp 28.000,- menjadi Rp 30.000,- per kilogram. Bawang merah
juga mengalami kenaikan hingga mencapai angka Rp 38.000,- per kilogram. Untuk
Bawang Putih mengalami kenaikan dua kali lipat dari Rp 6.000,- menjadi Rp 12.000,-
per kilo nya. Sedangkan harga merica yang tadinya berkisar di harga Rp
200.000,- kini mencapai Rp 220.000,- per kilogramnya. Demikian
juga dengan kebutuhan pokok jenis daging yang mengalami kenaikan. Daging Sapi
naik signfikan dari Rp 91.000,- hingga menyentuh angka Rp 98.000,- per
kilogramnya. Sementara untuk daging Ayam naik dari Rp 28.000,- menjadi Rp 38.000,- per ekor.
Kenaikan
harga yang begitu signifikan ini tentunya merupakan imbas dari serentetan
kebijakan pemerintah yang anti terhadap rakyat. setidaknya ada beberapa poin pokok mengapa saat
ini harga kebutuhan bahan pokok kembali naik dan mencekik rakyat. Pertama; tidak berdaulatnya petani untuk memenuhi kebutuhan
pokok di Indonesia. Sehingga di saat bulan Ramadhan dengan kenaikan permintaan
kebutuhan pokok, dijawab dengan peningkatan impor dari luar negeri. Tentu
monopoli oleh Negara dan perusahaan besar penyedia pangan seperti; Cargil,
Musanto, Nestle hingga Bulog, meraup keuntungan dari permintaan pasar yang
meningkat. Sehingga kenaikan kebutuhan pokok ini menjadi momentum bagi Negara
dan Perusahaan besar untuk meraup keuntungan yang besar dari rakyat Indonesia. Kedua; kenaikan harga BBM dan mekanisme
penentuan harga BBM pada pasar internasional. Hal ini
menjadi salah-satu factor yang
mempengaruhi perekonomian di Indonesia menjadi tidak
stabil. Hal
ini secara langsung mempengaruhi naiknya ongkos produksi baik industri maupun sektor pertanian,
yang secara otomatis pula menaikan harga kebutuhan hidup rakyat.
Ironinya, kenaikan harga ini
tidak diimbangi dengan kenaikan upah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ketiga; Rendahnya pengawasan Pemerintahan Jokowi-JK
mengontrol harga-harga kebutuhan pokok di pasar. Karena jelas bahwasan Negara terlibat
aktif pula meraup keuntungan di momentum bulan ramadhan ini. Selain itu, Negara
masih berpihak pada perusahaan-perusahaan besar untuk melindungi menaikkan kebutuhan
pokok yang membebani rakyat.
Turunkan
harga-harga Kebutuhan Pokok, Pemerintah harus berpihak pada rakyat
Kenaikan harga kebutuhan pokok di saat bulan ramadhan
bukanlah menjadi kewajaran yang harus diterima rakyat. Kondisi ini bukanlah
menjadi kado bagi masyarakat ataupun kaum tani sebagaimana disebut Jusuf Kalla.
Motif kenaikan harga kebutuhan pokok di bulan ramadhan hanya menjadi
akal-akalan dari kepentingan Negara dan perusahaan besar untuk meraup
keuntungan yang lebih besar lagi dari rakyat. Sehingga Nampak bahwa Negara yang
dipimpin oleh Jokowi-JK ini hanya mengedepankan kepentingan klasnya dengan
mengorbankan rakyat. Aspirasi rakyat atas keadaan ini ialah segera TURUNKAN
kebutuhan pokok agar tidak semakin membuat rakyat menderita. Sehingga seluruh rakyat
Indonesia bisa menjalankan ibadah puasanya dengan khidmat dan baik.
25 Juni 2015
Badarudin
Sekjend PP FMN
Sekjend PP FMN
[1] M. Syukron Maksum, Kedahsyatan Puasa, Jadikan
Hidup Penuh Berkah, Pustaka Marwa, Yogyakarta, 2009
0 komentar:
Posting Komentar