Kami Pimpinan Pusat FRONT MAHASISWA NASIONAL
(FMN) sebuah Organisasi Mahasiswa di 102 kampus yang tersebar di 30 kota
Indonesia, menyatakan sikap tetap Menolak
program BELA NEGARA melalui Pendidikan wajib Militer yang akan disahkan
oleh pemerintahan Jokowi-JK. Rencana awalnya program Bela Negara ini akan
diresmikan hari ini (Senin, 19
Oktober 2015). Akan tetapi kemudian
diundur menjadi 22 Oktober 2015. Pengunduran
ini bukan merupakan signal untuk
membatalkan program bela negara diakibatkan mulai masifnya penolakan dari
masyarakat Indonesia. Namun pengunduran
ini dilakukan hanya karena belum jelasnya anggaran untuk pembiayaan bela negara
ini. Malah momentum ini dimanfaatkan oleh Menteri Pertahanan untuk membebankan
pembiayaan kepada calon kader bela negara. Di sisi lain, dengan rakusnya mereka
terus mengejar APBN untuk pembiayaan program bela negara ini.
Program bela negara melalui pendidikan wajib
militer ini merupakan ancaman atas perkembangan
demokrasi dan HAM di Indonesia. Rakyat yang telah berjuang bersusah payah merebut
kebebasan demokrasi dan HAM dari belenggu penguasa militerisme 32 tahun Orde
Baru soeharto, malah pemerintahan Jokowi-JK seenakanya ingin mengembalikan era
militerisme dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Kebijakan Bela negara yang diambil Jokowi-JK
ini adalah sebuah pengkhianatan atas amanah perjuangan reformasi 1998 yang
salah-satunya menghapuskan peran militerisme dalam kehidupan sipil. Tujuannya
jelas, yakni menghilangkan bentuk-bentuk militerisme atau otoritarisme yang
mengekang maupun menghilangkan hak-hak demokrasi dan HAM di Indonesia. Akan
tetapi dengan dalih menguatkan rasa cinta tanah air kepada rakyat Indonesia, Bela
Negara dipaksakan untuk membungkam nilai-nilai perjuangan rakyat. Apalagi menguatnya
militerisme melalui program bela negara ini, menjadi antisipasi pemerintahan
jokowi-JK melihat bangkitnya perjuangan rakyat menolak kebijakan-kebijakannya
pemerintah yang dirasa semakin membebani kehidupan rakyat.
Program bela negara ini akan dikategorikan
menjadi 3 jenis. Pertama, kader
pembina yang dilatih selama 1 bulan di markas-markas TNI yang akan mendapatkan
materi bela negara dan cinta tanah air yang meliputi nilai-nilai kebangsaan,
wawasan nusantara dan tentang pertahanan. Kader pembina ini nantinya akan
menjadi team sosialisasi untuk mentransformasi
nilai-nilai dokrinisasi militer di tengah rakyat Indonesia. Kedua, adalah kader bela negara. Peserta
program akan dilatih selama satu minggu. Kader ini diharapkan mampu memahami,
mengerti dan mengimplementasikan nilai bela negara dalam kehidupan sehari hari.
Untuk kader dengan kategori ini, peserta diajarkan tentang konsep bela negara
untuk dirinya sendiri dan mensosialisasikan kepada orang lain. Sedangkan kategori
ketiga, yakni kader muda bela negara.
Kader muda akan mendapat pelatihan selama tiga hari. Waktu yang lebih sedikit
akan memberikan kemudahan bagi peserta program yang memiliki aktivitas penting
lain, misalnya pelajar yang masih bersekolah.
Maka semakin jelas bagi seluruh rakyat,
penguasa berusaha melahirkan berbagai cara untuk mampu mengekang kehidupan
rakyat dengan gaya doktrinisasi militerismenya di tengah-tengah masyarakat
Indonesia. Dampaknya, program bela negara ini akan hanya membuat rakyat tunduk dan
hilang daya kritisnya untuk memperjuangkan hak atau bahkan berani mengkkritik
pemerintah jika menyimpang. Bahaya lagi, program bela negara ini juga akan
menciptakan paramiliter yang akan semakin meningkatkan terjadinya konflik di
tengah-tengah amsyarakat Indonesia.
Program bela negara melalui pendidikan wajib
militer ini, kami anggap menjadi sebuah bomerang bagi kemajuan rakyat. Mengapa ?
di tengah derasnya kekuatan asing mencengkram kepentingan di Indonesia yang
hingga saat ini, hanya rakyatlah yang selama ini konsisten untuk menjaga
kedaulatan dan kemandirian bangsa ini. Namun dengan adanya bela negara ini,
hanya akan menjadi produk politik
kekuasaan pemerintahan jokowi-JK untuk memaksakan rakyatnya menerima
kebijakannya yang sangat-sangat mengistimewakan asing di Indonesia.
Sesungguhnya rakyat selama ini telah
menunjukkan berbagai bentuk bela negaranya. Rakyat telah bela negara dengan
gigihnya melawan kolonial asing untuk menuju kemerdekaan RI. Saat ini pula,
rakyat masih senantiasa berjuang membela negaranya. Itu dapat kita lihat dari peran
rakyat membendung dan melawan bentuk-bentuk penjajahan gaya baru yang hanya
ingin mendominasi SDA Indonesia. Seperti
itu juga kaum tani berjuang atas tanah, buruh berjuang atas upah layak dan
tidak ketinggalan bagaimana mahasiswa berjuang pengembangkan IPTEK untuk
kemajuan rakyat. Rakyat juga sangat kompak melawan korupsi di Indonesia. Jadi, semakin jelas bahwa tanpa adanya
pendidikan wajib militer ini, rakyat akan lebih memahami bagaimana bentuk
mencintai dan membela negaranya. Tapi, kekwatiran kami bahwa bela negara hanya
akan dijadikan sebagai sistem untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang mau
membela koruptor, membelas asing berkuasa di Indonesia dan membela penguasa
apabila menyelewengkan kekuasaan. Dan terakhir, Kita akan tetap melakukan kampanye dan aksi serentak FMN Se-Indonesia tanggal 22 Oktober untuk Menolak Bela Negara Melalui Pendidikan wajib Militer. Jayalah Perjuangan Rakyat !
#TolakMiliterisme
#JagaDemokrasi
19, Nov 2015
Hormat kami,
PIMPINAN PUSAT
FRONT MAHASISWA NASIONAL
RACHMAD P PANJAITAN
KETUA
1 komentar:
Jayalalah Perjuangan Rakyat, bersama rakyat kita terus menyadarkan para Pimpinan di Negara ini tentang arti dari sebuah cinta tanah air (nasionalisme) tanpa harus "Bela Negara versi Wajib Militer"...
Posting Komentar