Lahirnya
klas buruh sebagai pemimpin pembebasan sejati
Perjuangan kelas yang sedang berjalan
dari hari ke hari di seluruh dunia, menunjukkan kegigihan dan keteguhan kepimpinan
klas buruh untuk memerosotkan hingga menghancurkan sistem kapitalisme monopoli
internasional yang dipimpin Imperialisme AS saat ini. Sejarah perjuangan klas di seluruh dunia di
masa lampau, telah memberikan pelajaran atas perjuangan massa yang maha dasyat
untuk memutuskan mata rantai penghisapan dan penindasan manusia atas manusia.
Komune paris (bahasa Perancis:
La Commune de Paris) sebutan untuk pemerintahan
kota Paris selama Revolusi Perancis. Istilah ini
merujuk pada pemerintahan rakyat yang memimpin kota Paris sejak tanggal 18 Maret (formalnya dimulai pada tanggal 26 Maret) sampai tanggal 28 Mei 1871. Komune Paris merupakan pemerintahan pertama yang dikuasai oleh kelas buruh. Karl Marx melukiskan
dengan kalimat ini:
"Hasil
perjuangan kaum produsen melawan kelas penghisap, sebuah bentuk politik yang
akhirnya ditemukan yang dibawahnya kita dapat menjalankan emansipasi ekonomis
kaum buruh."
Pelajaran lain kemenangan klas buruh
dan kaum tani adalah kehancuran pemerintahan Tsar yang diikuti keruntuhan
pemerintahan borjuis dalam revolusi oktober 1917 di Rusia. Perjuangan klas
buruh dan kaum tani ini telah mengantarkan rakyat berkuasa pertama kali di
dunia. Slogan yang paling terkenal dalam revolusi rusia ini adalah “Pekerja dari semua negara, bersatulah”.
Di tengah gemuruh revolusi Rusia, klas buruh dari Barat juga terbangun dari
kesadaraan palsu dan ilusi yang dibangun kapitalisme. Pemogokan dan demonstrasi
di Jerman, demonstrasi di Austria dan Bulgaria, pemogokan dan pertemuan
konsolidasi hingga pemberontakan berkembang di Inggris dan Perancis.
Percikan-percikan perjuangan klas ini menjadi penanda sejarah kebangkitan klas
buruh melawan kapitalisme monopoli internasional.
Demikian kemenangan perjuangan massa
kaum tani dan klas buruh dalam revolusi 1949 di Tiongkok, telah memberikan pula
hari depan gilang-gemilang bagi kehidupan rakyat Tiongkok yang bebas dari
penghisapan dan penindasan tuan tanah besar, borjuasi monopoli internasional
beserta pemerintahan reaksi Cha kai shek. Perjuangan klas buruh dan kaum tani
di Tiongkok telah berlangsung hampir 100 tahun khususnya dalam karakter
masyarakat setengah jajahan setengah feodal. Tiongkok semenjak perang candu
tahun 1840, bukan lagi menjadi negeri dalam babak perkembangan masyarakat
feodal, namun telah menjadi masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal[1].
Pengaruh kapitalisme asing dari agresi imperialisme di Tiongkok masa itu, tentu
memberikan syarat berkembanganya kapitalisme di Tiongkok. Sehingga lahirnya
proletariat di Tiongkok yang berasal dari kalangan kaum tani dan pekerja kerajinan
tangan. Akan tetapi, agresi imperialisme di Tiongkok bukan berarti ingin
mengubah karakter masyarakat feodal menjadi kapitalisme. Itu hanyalah menjadi
mimpi di siang bolong bagi masyarakat Tiongkok. Tapi sebaliknya, imperialisme
hanya ingin menjadikan Tiongkok pada masa itu menjadi negeri setengah jajahan
setengah feodal. Kemudian imperialisme melakukan persekutuan dengan tuan tanah
feodal Tiongkok, yang melahirkan kapitalisme birokrat atau pemerintahan boneka
yang nantinya akan dipimpin oleh Chai Kai Shek. Atas dasar penghisapan dan
penindasan tersebutlah, melahirkan perjuangan klas buruh dan kaum tani dalam
mewujudkan landreform sejati sebagai syarat industrialisasi nasional di
Tiongkok masa itu.
Perjuangan
klas buruh dan kaum tani di Indonesia dalam sejarah perkembangan masyarakat
Indonesia, juga telah menunjukkan kegigihan, keuletan dan kepeloporannya untuk
melawan imperialisme beserta tuan tanah feodal. Semenjak Indonesia dikuasai
kolonialis Belanda, telah memberikan warna bagi perkembangan zaman di
Indonesia. Bahkan ketika kerajaan Sriwijaya dan Majapahit belum mampu
mengkonsolidasikan Nusantara dalam sistem feodalisme, Kolonialis Belanda mampu
mengukuhkan sistem feodalisme di Nusantara. Di bawah kolonialis Belanda,
kehidupan bangsa Indonesia mengalami kemiskinan dan kepapaan. Tentu ini
melahirkan perjuangan yang maha besar dari rakyat untuk melawan Belanda.
Perang-perang di berbagai daerah yang dilancarkan rakyat Indonesia, telah
menimbulkan kerugian yang teramat besar bagi belanda. Di sisi lain, secara
bersamaan Belanda juga dikuasai oleh pemerintahan Prancis dan Inggris. Maka
untuk menghindari kehancurannya, Kolonialis Belanda menerapkan sistem tanam
paksa 1830-1870. STP menjalankan usaha
membangun perkebunan dan pertanian yang menanam tanaman komoditi yang sangat
menguntungkan, serta juga mendirikan pabrik pengolahannya dengan administrasi
yang modern. Sementara untuk memobilisasi tanah dan tenaga kerja adalah
tanggung jawab para tuan tanah-tuan tanah sebagai sekutu kolonialis Belanda.
Akan tetapi yang perlu diingat, bahwa
STP tidak sedikit pun mempunyai orientasi untuk mengubah masyarakat Indonesia
dari era feodalisme menjadi kapitalisme. Kolonialis Belanda hanya menjadikan
Indonesia sebagai penghasil bahan mentah untuk komoditas internasional bagi
perusahan kapitalis internasional dan mendapatkan tenaga kerja gratis. Jaman cultuurstelsel
adalah jaman yang sangat gelap bagi rakyat Indonesia. Dengan cara yang
sangat kejam kaum kolonialis Belanda menyedot darah rakyat Indonesia. Multatuli
melukiskannya [2]berikut:
“Suatu kumpulan pipa yang
bercabang-cabang dan
tak terhitung banyaknya. Cabang-cabang
ini masih terbagi lagi
menjadi ranting-ranting yang kecil.
Semuanya itu bermuara dalam
dada jutaan penduduk Jawa dan
dihubungkan dengan satu induk pipa
yang disedot dengan satu pompa raksasa
yang digerakkan dengan
uap. Dalam pengusahaan swasta setiap
petualang bisa berhubungan
dengan semua pipa dan bisa menggunakan
mesin pompanya sendiri
untuk mengeduk sumbernya.”
STP yang
menghisap dan menindas rakyat tersebut, telah melahirkan perjuangan klas untuk
menghapuskannya. Hasilnya STP dihapuskan. Akan tetapi, sistem monopoli lama semacam STP
yang kejam kemudian diganti dengan cara yang modern yang hakekat tetap merampas
dan memonopoli tanah rakyat. Kaum kapitalis Belanda berusaha keras mendapat
jaminan hak tanah bagi investasi kapital mereka di Indonesia
Pada tahun 1870 dikeluarkannya
kebijakan Agrarisch wet de Waal (de Waal adalah menteri urusan jajahan
ketika itu), selanjutnya lebih terkenal sebagai Domeinverklaring. Isi
pokok Domeinverklaring adalah “Semua tanah yang tidak terbukti dimiliki
dengan hak eigendom adalah kepunyaan negara.” Dengan pernyataan ini
semua tanah milik rakyat dengan nama hak apa saja asal tidak dengan hak eigendom
adalah milik negara, milik pemerintah
kolonial Belanda. Tujuannya jelas adalah untuk menjamin kepentingan
modal besar partikulir (kapitalis internasional, tuan tanah feodal) yang akan bergerak di bidang pertanian dan
perkebunan, dan yang untuk itu memerlukan tanah yang luas dan subur. Modal
swasta Belanda mulai membanjiri Indonesia. Saat itu tanah dapat dikuasai hingga
75 tahun. Di samping pengembangan pertanian dan perkebunan secara masif, mereka
mengembangkan pertambangan-pertambangan yang diikuti dengan pembangunan
infrastuktur seperti rel kereta api dan pelabuhan untuk kepentingan sirkusi
kapitalnya. Skema penghisapan dan
penindasan kolonialis Belanda di Indonesia, telah meneguhkan kepentingannya di
Indonesia yang diantaranya; Pertama: sebagai daerah pengambilan bahan
baku bagi industri barat. Kedua: sebagai pasar penjualan hasil industri
Eropa. Ketiga: sebagai daerah penanaman modal raksasa asing. Keempat:
sebagai sumber tenaga kerja murah.
Kebijakan ekonomi politik Kolonialis
Belanda melalui monopoli dan perampasan tanah hingga pembangunan industri
manufatur di Indonesia tersebut, telah melahirkan klas proletariat atau buruh di Indonesia. Tentu perkembangan klas
buruh di Indonesia berbeda dengan di Eropa atau Amerika. Sebab klas buruh di
Indonesia bukan lahir dari revolusi borjuis, namun lahir dari hubungan produksi
jajahan dan setengah feodal. Karakteristik klas buruh Indonesia ini kemudian
berkembang hingga di masyarakat Indonesia setengah jajahan setengah feodal yang mengharuskan persekutuan kaum tani untuk
melancarkan perjuangan landreform sejati. Sebab klas buruh tanpa ambil bagian
aktif dalam perjuangan landreform sejati, tidak akan mampu membebaskan dirinya
dari penghisapan dan penindasan imperialisme. Karena perjuangan atas landreform sejati
menjadi lompatan menuju industrialisasi nasional atau pembebasan bagi klas
buruh dan rakyat Indonesia menghancurkan cengkraman imperialisme, feodalisme
dan kapitalisme birokrat.
Peran
sejarah yang dimainkan Klas Buruh di Indonesia
Semenjak kelahiran klas buruh di
Indonesia di era Kolonial Belanda 1870, klas buruh terus-menerus telah
menunjukkan peran besarnya dalam sejarah perjuangan klas di Indonesia[3]. Pada
awalnya perjuangan klas buruh membentuk organisasi SS Bond yang anggotanya
terdiri dari orang Indonesia dan Belanda. Akan tetapi, SS Bond bukanlah sebuah
organisasi militan yang melawan kolonialis Belanda dan tuan tanah feodal di
Indonesia. SS Bond menjadi organisasi buruh reformis yang mengambil jalan damai
antara kepentingan buruh dengan kapitalis perusahaan di Indonesia. Secara
berlahan-lahan akibat penindasan dan penghisapan kolonialis Belanda dan tuan
tanah feodal, muncullah organisasi buruh yang mulai berkarakter militan,
patriotik dan demokratis yang bertujuan untuk melawan musuh-musuh rakyat
Indonesia. Klas buruh kemudian bergabung
dengan organisasi baru yang bernama VSTP yang berdiri pada tahun 1908 dan
dilanjut organisasi buruh yang bernama ISDV. Organisasi ISDV nantinya yang akan
menjadi organisasi buruh yang secara tegas menentang dominasi kolonialis
Belanda beserta tuan tanah feodal untuk menuju kemerdekaan sejati bagi rakyat
Indonesia. Tentu ISDV mulai menyadari bahwa organisasi ini bukan saja
menghimpun klas buruh, akan tetapi menggalang pula kekuatan utama di Indonesia
yakni kaum tani sebagai syarat kemenangan perjuangan rakyat melawan kolonialis
Belanda dan tuan tanah feodal. ISDV ini
menjadi cikal bakal terbentuknya partai buruh pertama kali di Asia.
Secara nyata ISDV melahirkan program
umum perjuangannya yang menitikberatkan pada isu; kebebasan aksi politik
melakukan demostrasi dan mogok kerja, Bubarkan Tentara reaksi Belanda,
pemberlakuan 8 jam kerja, menghapuskan diskriminasi pekerja laki-laki dengan
perempuan, larangan sewa tanah bagi asing dan tuan tanah feodal, wajib belajar
14 tahun, jaminan sosial dan sebagainya. Hingga menuju revolusi agustus 1945,
perjuangan klas buruh telah menorehkan doktrin historisnya sebagai garda
terdepan bersama kaum tani Indonesia melawan dominasi kolonialis Belanda
beserta tuan tanah feodal. Walaupun catatan pahit revolusi agustus 1945 hingga
puncak pengkhianatan kelompok borjuis (Hatta-Syarir) dalam KMB 1949, klas buruh
dan kaum tani belum mampu memimpin perubahan rakyat Indonesia. Hal ini kemudian
yang mempertahankan karakter masyarakat Indonesia setengah jajahan setengah
feodal hingga saat ini.
Sementara di masa Orde Lama di bawah
kepemimpinan nasionalis Soekarno, tentu memberikan sebuah harapan dalam
pengembangan organisasi buruh. Berkembang pesatnya SOBSI menjadi organisasi
Vaksentral buruh, menjadi penantang utama bagi kekuatan imperialisme beserta
borjuasi besar komprador dan tuan tanah besar di Indonesia. Saat itu SOBSI
sangat aktif memperjuangan nasionalisasi perusahaan asing milik AS, Belanda,
Inggris dan Belgia serta mengkampanyekan landreform untuk melawan tuan tanah
feodal sebagai sekutu imperialisme di Indonesia. Sementara sejak masa orba,
praktis gerakan buruh patriotik dibubarkan. Organisasi buruh dan masyarakat
sipil dibentuk oleh pemerintahan fasis Soeharto untuk menjadi bagian dari kekuatannya. Di sektor buruh dibangun
organisasi semacam SPSI sebagai organisasi buruh di bawah kuasa penuh
pemerintahan orba. Tentu SPSI menjadi organisasi buruh plat kuning yang tidak
bertentangan dengan kepentingan Orba sebagai kaki tangan pemerintahan boneka
imperialisme AS di Indonesia. SPSI menjadi organisasi buruh yang berusaha
memerosotkan perjuangan klas buruh untuk menjalankan tugas sejarahnya memimpin
pembebasan perjuangan rakyat melawan imperialisme AS, feodalisme dan kapitalisme
birokrat.
Pasca kejatuhan Orba Mei 1998, gerakan
buruh patriotik, militan dan demokratik
mulai dibangun kembali.
Setidaknya hingga saat ini, GSBI menjadi satu-satunya organisasi buruh
sebagai harapan rakyat Indonesia untuk memimpin perlawanan atas imperialisme,
feodalisme, kapitalisme birokrat di bahwa kepimpinan rejim boneka Jokowi-JK.
Karena GSBI satu-satunya menjadi organisasi buruh yang berjuang atas dasar
keadaan objektif masyarakat Indonesia setengah jajahan setengah feodal. Itu
kemudian menjadi ciri khas perjuangan buruh di Indonesia yang harus bersatu
pada dengan kekuatan utama di Indonesia yaitu kaum tani.
Sejarah
Hari Buruh Internasional (Mayday)
Peringatan hari buruh internasional
pada tanggal 1 mei, lahir dari deretan panjang perjuangan buruh di dunia.
Sejarah perjuangan buruh diawali sejak
bulan april 1886 pada awalnya didukung oleh sekitar 250 ribu buruh yang selama
dua minggu membesar menjadi 350 ribu di AS. Kota Chicago adalah jantung
kebangkitan gerakan buruh pada waktu itu yang diikuti oleh sekitar 90 ribu
buruh. Di New York, demonstrasi serupa diikuti 10 ribu buruh, di detroit 11
ribu buruh, demonstrasi terus menjalar ke berbagai kota seperti Louisville dan
Baltimore. Kemudian pada tanggal 1 mei 1886, demonstrasi kian meluas dari Maine
ke Texas dan dari New Jersey ke Alabama yang diikuti setengah juta buruh di
negeri tersebut.
Perkembangan dan meluasnya demonstrasi
tersebut memancing reaksi yang juga besar dari kalangan pengusaha dan
pemerintahan setempat pada saat itu. Chicago's Commercial Club, mengeluarkan
dana sekitar USD 2.000 untuk membeli peralatan senjata mesin guna menghadapi
demonstrasi. Demonstrasi damai menuntut pengurangan jam kerja itu pun berakhir
dengan kerusuhan dan telah menelan banyak korban, dimana ketika sekitar 180
polisi melakukan penghadangan terhadap para demonstran dan memerintahkan agar
membubarkan diri. Akibatnya pada tanggal 3 Mei 1886, empat orang buruh tewas
dan puluhan lainnya terluka, delapan orang aktivis buruh ditangkap dan
dipenjarakan.
Setelah kejadian berdarah tersebut
polisi pun menerapkan larangan terhadap buruh untuk melakukan demonstrasi.
Namun kaum buruh tidak menyerah begitu saja, pada tahun 1888 para buruh kembali
melakukan aksi dengan mengusung tututan yang sama. Rangkaian demonstrasi yang
terjadi pada saat itu, tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga
telah meluas di kawasan Eropa. Bahkan, demonstrasi menuntut pengurangan jam
kerja menjadi 8 jam perhari tersebut sebenarnya diinsipirasi oleh demonstrasi
yang terjadi sebelumnya di Australia pada tahun 1856.
Kemudian pada
tahun 1889 diselenggarakan Kongres Buruh Internasional di Paris yang dihadiri
oleh ratusan delegasi gerakan buruh dari berbagai negeri dan menetapkan
peristiwa di AS pada 1 Mei menjadi Hari Buruh Sedunia (Mayday). Keputusan ini
berdasarkan hasil resolusi Kongres yang berisi:
“Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu
dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari
yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal
mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil
Kongres Buruh Internasional Perancis.”
Peristiwa tersebutlah yang telah menjadi
momentum puncak dari persatuan gerakan buruh dunia yang kemudian memutuskan 8
jam kerja per hari menjadi kemenangan kaum buruh seluruh dunia.
Selain itu, Kongres juga menyambut
usulan delegasi buruh dari Amerika Serikat yang menyerukan pemogokan umum 1 Mei
1890, guna menuntut pengurangan jam kerja dan menjadikan tanggal 1 Mei sebagai
Hari Buruh sedunia.Delapan jam/hari atau 40 jam/minggu (lima hari kerja)
kemudian telah ditetapkan menjadi standar perburuhan internasional oleh ILO
melalui Konvensi ILO No. 01 tahun 1919 dan Konvensi no. 47 tahun 1935.
Perjuangan panjang klas buruh dna rakyat
tertindas di Indonesia telah menjadikan Hari buruh Internasional Mayday di Indonesia diresmikan sejak
disahkannya UU No. 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun
1948, yang mana dalam pasal 15 ayat 2 menyebutkan, "Pada tanggal 1 Mei,
buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja". Namun, karena alasan politik,
rejim Orde Baru kemudian melakukan larangan terhadap peringatan Hari Buruh Sedunia.
Sejak saat itupula, peringatan 1 Mei tidak pernah diakui oleh pemerintah
Indonesia. Barulah pasca runtuhnya kekuasaan Orde Baru, melalui perjuangan
massa rakyat yang tersebar di seluruh daerah dan dipelopori oleh gerakan pemuda
mahasiswa beserta klas buruh dan kaum tani, peringatan May day kembali diperingati
secara gegap gempita di Indonesia. Dan pada tahun 2014, klas buruh dan kaum
tani serta rakyat Indonesia meraih kemenangan kecil atas perjuangan klasnya,
dimana 1 Mei kemudian ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional.
Symphaty Dimas (Ka Dept. Dikprop PP FMN)
1 komentar:
Saya tunggu analisa kondisi ekonomi saat ini, dan kebijakan pemerintah terhadap kondisi buruh indonesia dan rakyar indonesia pada umumnya
Posting Komentar