“Perjuangan Klas buruh, Kaum Tani, Nelayan, Miskin Perkotaan,
Masyarakat Adat, Buruh Migran, dan Perempuan, adalah Laboratorium utama
Perjuangan Mahasiswa dan FMN. Lawan Komersialisasi Pendidikan”
Salam
Demokrasi,
Salam
hangat bagi seluruh pimpinan, anggota
FMN se-Indonesia.
Kawan-kawan
sekalian, kita tahu Perjuangan massa mahasiswa tidak datang ibarat halilintar
di siang bolong. Demikian keterlibatan mahasiswa di dalam perjuangan rakyat,
bukanlah sebuah teori dan praktek yang tiba-tiba turun dari langit. Perjuangan mahasiswa yang mengabdi kepada
rakyat bukan juga menjadi kisah heroik semata, ibarat Tentara AS yang sok jago
perang di dunia. Mahasiswa yang diberi cap kaum intelektul tidak juga serta
merta lahir tanpa sebuah perubahan dari perjuangan klas agar menjadi kaum
intelektuil progresif yang berdiri di tengah-tengah rakyat.
Tidak,
perjuangan massa mahasiswa telah lahir sejak periode panjang di dalam
perkembangan masyarakat. Di Amerika Latin, Perjuangan mahasisa telah
menunjukkan kegigihannya untuk berjuang melawan imperialisme dan feodalisme
yang merampas segala kemerdekaan hak-hak rakyat. Salah-satu moment sejarah yang
harus diperas pelajarannya, adalah Manifesto Cordoba tahun 1918 di Argentina. Manifesto Cordoba ini merupakan sebuah deklarasi mahasiswa Argentina
yang menuntut otonomi akademik (kebebasan mimbar akademik, otonom keilmuan) dan
menuntut adanya keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan di kampus. Manifesto Cordoba ini juga menjadi kritikan atas buruknya
sistem birokrasi dan otoriternya pendidikan di Argentina. Manifesto Cordoba di
Argentina ini kemudian menjadi inspirasi bagi perjuangan di kawasan Amerika
Latin; di
Peru tahun 1919, Chili 1920, Kolumbia 1924, Paraguay 1927,
Brazil dan Bolivia 1928, Meksiko 1929, Kosta Rika 1930, dan Kuba pada tahun
1933 dan 1952.
Sama
halnya dengan gerakan mahasiswa di Indonesia. kaum intelektuil tersebut lahir
sejak era politik etis tahun 1870 yang diterapkan Belanda di Indonesia. Tentu
pendidikan yang diajarkan bukanlah untuk membebaskan masyarakat Indonesia dari
penghisapan dan penindasan kolonialis dan feodalisme. Pendidikan juga bukan
diperuntukkan bagi rakyat khususnya kaum tani dan klas buruh. Akan tetapi,
pemuda pelajar saat itu memahami betul fungsi dari pendidikan yang merupakan
alat kebudayaan yang memajukan kesadaran klasnya untuk menghncurkan dominasi
kolonialis dan feodalisme. Selanjutnya, kaum-kaum intelektuil ini senantiasa
menjadi sahabat bagi rakyat hingga saat ini.
Kawan-kawan
sekalian, tugas-tugas pokok mahasiswa adalah belajar. Tentu pengertian belajar ini juga diterjemahakan oleh
musuh-musuh rakyat. Belajar bagi mereka adalah proses ketertundukan pada
pendidikan lama yang hanya berorientasi untuk menciptakan tenaga-tenaga kerja
murah maupun kaum-kaum intelektuil teknorat yang mengabdi kepada imperialisme,
feodalisme dan kapitalisme birokrat.
Sedangkan rakyat mengartikan Belajar adalah mereka yang terdidik dengan
teori dan praktek maju untuk berjuang demi kebenaran, keadilan dan pembebasan
sejati bagi kehidupan rakyat. Sebab, pendidikan bukalan suatu pembodohan
massal, tetapi untuk mencapai kebenaran sejati bagi kehidupan. Tidak memahami
arti belajar yang berguna bagi rakyat, tentu menjadi permasalahan yang serius bagi
kita. Apalagi belajar yang hanya semata-mata meletakkan mata pisau kebenarannya
dan mengangkat tinggi-tinggi sikap pragmatis, liberal, non ilmiah dan anti
perubahan bagi massa. Maka saat ini kita
harus mengerti bahwa seluruh tenaga, pikiran dan waktu hanya untuk belajar
bagaimana mengubah keadaan rakyat yang masih dihisap dan ditindas dalam sistem
setengah jajahan setengah feodal. maka tentu jawabnya adalah kita akan BERJUANG
HINGGA MERAIH KEMENANGAN, “Dare To
Struggle, Dare To Win”.
Kawan-kawan Sekalian, 18 Mei 2003 menjadi hari yang
bersejarah bagi perjuangan rakyat khususnya bagi perjuangan mahasiswa. Tentu
bukan sikap berlebih-lebihan. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa hari tersebut
menjadi periode panjang perjuangan mahasiswa yang melahirkan sebuah organisasi
massa mahasiswa yang bergaris Demokrasi
Nasional. Iya, itu adalah kita FRONT MAHASISWA NASIONAL (FMN), anak zaman
yang dikandung dari sistem setengah jajahan setengah feodal. 18 Mei 2003, di
Balai Utan Kayu Jakarta, menjadi saksi sejarah diselenggarakannya Founding
Congres FMN. Seluruh perwakilan mahasiswa dari kampus-kampus di Indonesia,
mulai mengobarkan perjuangan Demokrasi Nasional untuk meraih kemenangannya atas
kekuatan imperialisme AS, feodalisme dan kapitalisme birokrat.
Lahirnya
FMN menjadi harapan bagi mahasiswa dan rakyat sebagai penentang sejati rejim
boneka yang mempertahankan sistem setengah jajahan setengah feodal yang menghisap
dan menindas. Itu pula yang meneguhkan FMN menjadi ormass mahasiswa yang
berpegangan teguh dan menyandarkan dirinya pada kekuatan massa mahasiswa. Dan
dengan segala kerendahan hati, FMN menyadari bahwa klas buruh dan kaum tani
menjadi aliansi dasar dalam perjuanga rakyat Indonesia menghancurkan dominasi
imperialisme dan feodalisme serta rejim boneka di dalam negeri.
Lahirnya
FMN bukan suatu eksistensi borjuasi kecil yang mempunyai ekspresi politik
mengekor pada kepentingan imperialisme dan feodalisme. Namun FMN lahir atas
fase-fase penuh perjuangan semenjak membangun jejaring nasional di
kampus-kampus seluruh Indonesia, dilanjut fase menghimpun hingga fase Founding
Congres.
Lahirnya
FMN sebagai anak zaman menjadi perasan atas perjuangan mahasiswa yang
meneguhkan dirinya sebagai ormass mahasiswa yang mengabdi kepada
perubahan-perubahan mendasar bagi mahasiswa dan rakyat. Kita bukan hanya gagah
dalam berteori, tapi kita dikenal juga sebagai FMN yang tiada henti-hentinya
membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakkan perjuangan massa yang anti
imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrat. Karena menurut FMN, bahwa
perlawanan yang hebat terhadap 3 musuh rakyat, menjadi prasyarat pokok
merosotnya sistem setengah jajahan setengah feodal yang membelenggu rakyat
selama ini.
Kini,
usia 13 Tahun telah dilalui FMN. Berbagai pengalaman teori dan praktek telah
kita raih. Capaian-capaian telah kita
raih pula. Dan tidak pernah sedikit pun FMN berhenti belajar. Tidak
berhenti-henti juga garis massa menjadi dasar dalam menjalani setiap aktivitas
politik dan organisasi. KOK menjadi senjata ampuh bagi kita untuk memperbaiki
segala kesalahan perjuangan politik dan organisasi FMN.
Memajukan
perjuangan massa di kampus dan di tengah rakyat adalah tugas mulia yang selalu
diemban oleh anak zaman. Menjadikan FMN sebagai sekolah gerakan Demokrasi
Nasional adalah tantangan bagi kita. memperjuangkan pendidikan dan lapangan
kerja bagi pemuda adalah program perjuangan yang kita jalankan. Tak Luput Isu
komersialisasi khususnya tentang UU Dikti dan UKT, Harus menjadi kampanye yang
bisa kita tingkatkan. Menciptakan aktivis-aktivis yang mengabdi kepada rakyat
adalah perjuangan internal yang kita galakkan. Dan Menjadikan Klas buruh, Kaum
Tani, masyarakat adat, nelayan, buruh migran, perempuan sebagai laboratorium
Mahasiswa dan FMN, adalah keharusan bagi Ormass Mahasiswa Demokrasi Nasional.
Kawan-kawan
sekalian, akhir kata saya ucapakan selamat Hari Lahirnya FMN ke-13 Tahun. Saya
menyampaikan rasa hormat kepada seluruh pimpinan dan anggota FMN se-Indonesia
yang selalu setia dan militan menjalankan kerja-kerja massa membangkitkan,
mengorganisasikan dan menggerakkan. Di tengah krisis semakin sulit di bawah
pemerintahan boneka Imperialisme AS Jokowi-JK, maka keharusan bagi kita untuk
menentang seluruh kebijakan-kebijakannya yang anti rakyat serta melipatgandakan
perjuangan-perjuangan massa. Tak lupa juga, FMN mengucapkan terima kasih kepada
seluruh rakyat Indonesia khususnya klas buruh dan kaum tani sebagai pemimpin
dan sokoguru pembebasan yang selalu mengajarkan kami cara berjuang untuk meraih
kemenangan sejati. Majulah Perjuangan
Massa, Majulah Perjuangan FMN !
18
Mei 2016,
Hormat saya,
Rachmad P Panjaitan
Ketua PP FMN
0 komentar:
Posting Komentar