![]() |
foto aksi FMN dalam peringatan hari perempuan internasional |
Pengantar
14
Februari selalu di peringati sebagai hari kasih sayang, di mana kasih sayang sesama
manusia merupakan hal yang hakiki. Pada kesejarahannya momentum ini merupakan
bentuk pengabdian dari St. Valentine, yang mendapat hukuman mati dari
kekaisaran Romawi karena melanggar aturan-aturan yang berlaku. Terlepas dari
berbagai kontroversi mengenai latar kesejarahannya, kasih sayang sesama manusia
tidaklah dimaknai sebatas hubungan
individual semata, namun cinta kasih yang sejati dimaknai sebagai ketulusan dan
kesetiaan diri untuk pengabdian kepada rakyat. Pengabdian yang dipenuhi cinta
dan ketulusan untuk terus membuat perubahan.
Momentum
kasih sayang pada tahun ini memiliki kedudukan yang istimewa, di tengah
maraknya tindakan kekerasan, perdagangan manusia, teror dan perang agresi yang
di lancarkan kepada rakyat dunia oleh imperialisme yang di topang penuh oleh
rezim boneka di negeri jajahan dan tengah jajahan.
Imperialisme
AS pelaku kejahatan kemanusiaan sesungguhnya
Donald
Trump sebagai presiden terpilih Amerika Serikat pada tanggal 25 Januari 2017
menandatangani Perintah Eksekutif berisikan penangguhan penerimaan pengungsi
dan penerapan pengawasan ketat bagi wisatawan dari sejumlah negara Muslim yang
di anggap membahayakan Amerika Serikat dengan mencap mereka sebagai “teroris”.
Aturan eksekutif ini memastikan pemerintah menangguhkan sementara seluruh
program penempatan pengungsi di Amerika untuk setidaknya 120 hari ke depan.
Amerika tidak akan mengeluarkan izin visa selama 90 hari bagi pengunjung yang
berasal dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman. Pada
perkembangannya, kebijakan tersebut dibatalkan oleh kehakiman AS. Namun
demikian, Trump tetap bersikeras untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan
membawanya ke ranah pengadilan bahkan hingga mempersiapkan kebijakan pengganti
dengan esensi yang sama. Kebijakan ini secara esensial merupakan bentuk dari
upaya imperialisme AS mengkambing hitamkan dan memberikan tendensi kepada umat
muslim sebagai teroris, yang sesungguhnya tindakan teror yang terjadi di dunia
merupakan tindakan dari imperialisme Amerika Serikat itu sendiri.
Trump
juga mengeluarkan surat keputusan tentang pembangunan tembok perbatasan yang
panjangnya 2.000 mil (3.200 KM) dan tinggi 12 meter, dengan biaya lebih dari
USD 8 miliar atau Rp 106 triliun, sebagai usaha mencegah imigran gelap masuk
dan penyelundupan narkoba. Proyek pendirian Tembok Perbatasan AS-Mexico
tersebut merupakan kelanjutan implementasi UU Keamanan Perbatasan (The
Secure Fence Act) tahun 2006, yang sesungguhnya didukung Obama dan Hilary
Clinton saat menjadi senator. Pada pemerintahan Obama, justru telah
mendeportasi 2 juta warga Latin yang menyeberang perbatasan dan merupakan
jumlah terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Trump ingin melanjutkannya lebih
intensif dan mengancam bagi warga yang menawarkan perlindungan kepada pekerja
tidak berdokumen dan pengungsi. Hal tersebut merupakan bentuk nyata dari upaya
imperialisme AS melakukan cuci tangan atas segala tindakan, kebijakan, dan
skema yang selama ini mereka jalankan yang melahirkan kemiskinan dan
kemelaratan akut di negeri-negeri Latin. Kemiskinan dan keterpurukan ekonomi
serta masalah keamanan adalah alasan utama begitu banyaknya gelombang migrasi di dunia.
Rezim Trump didukung oleh
pengusaha-pengusaha minyak monopoli dunia, yang memperoleh keuntungan besar
dari invasi rejim George W Bush dahulu. Mereka menggunakan Islamphobia untuk memprovokasi krisis, sehingga membenarkan adanya
perang lain, dan menargetkan Iran sebagai sasaran berikutnya. Trump
sesungguhnya melanjutkan histeria anti Islam dan Perang Anti Teror yang
dikampanyekan AS pada masa George W. Bush sejak Peristiwa 11 September 2001 (9/11),
untuk melancarkan perang agresi, menguasai kekayaan alam, dan mengontrol
sepenuhnya. Ketujuh negeri yang masuk kategori larangan masuk warganegaranya ke
AS, menjadi tempat yang telah dirusak dan di-bom oleh AS untuk dikuasai
cadangan minyak besar dan sumber alamnya. Usaha AS (Navy SEAL) akhir-akhir ini
dilakukan di Yaman dalam menyerang Al-Qaida, merupakan bagian dari skema AS
untuk menguasai Yaman atas nama perang melawan teror.
Sesungguhnya Donald Trump
terpilih sebagai Presiden AS ke-47 melalui kampanye anti imigran, pengungsi,
dan anti rakyat miskin dengan menyebarkan rasisme, xenophobia (fobi orang
asing), neo fasis, perang, mengusir imigran dan Muslim, misoginis (kebencian
terhadap perempuan), dan menyebarkan ketakutan. Donald Trump beserta segelintir
elit dan korporasi raksasa berusaha mengalihkan kemarahan rakyat AS kepada umat
Muslim, Mexico, dan para imigran. Ini merupakan cara menciptakan keuntungan
berlipat bagi segelintir elit dan korporasi di pundak klas pekerja dan rakyat
terhisap dan tertindas seluruh dunia.
Kebijakan-kebijakan
dikriminatif ini merupakan bentuk konkret dari cuci tangan imperialisme AS
terhadap seluruh kejahatan kemanusian yang terjadi di dunia. Larangan imigrasi
yang dikeluarkan seolah melupakan dosa bawaan dari imperialisme AS yang telah
menghancurkan kehidupan rakyat dunia dan menjerumuskan seluruh rakyat dunia
kedalam jurang penderitaan akibat kehilangan tempat tinggalnya. Selain itu, Donald
Trump yang ditopang oleh perusahaan-perusahaan monopoli dunia telah menebar
kebencian dan teror kepada seluruh rakyat dunia dengan berbagai skema yang
dijalankan guna mengeruk keuntungan dan meningkatkan derajat penghisapan
terhadap seluruh rakyat dunia.
Tidak
Ada Sedikitpun Cinta Kasih Rezim Boneka Jokowi-Jk Terhadap Rakyat
Jokowi-JK
yang telah memasuki tahun ketiga memimpin indonesia. sepanjang perjalannya, Rezim
Jokowi-JK semakin menujukkan dirinya sebagai rezim yang tidak cinta dan anti
terhadap rakyat. berbagai kebijakan yang dikeluarkan ditujukkan untuk pelayan
prima bagi imperealisme AS, justru semakin
membuat rakyat masuk kedalam jurang pederitaan yang berlipat ganda. kebijakan paket kebijakan
ekonomi yang sudah mencapai 14 jilid, telah melahirkan PP No 78 Tahun 2015,
Program Reforma Agraria palsu (sertifikasi
tanah dan pengadaan tanah untuk pembangunan), pembangunan infrastruktur dan
lain lain, telah merampas hak demokratis rakyat terutama hak rakyat atas Upah,
tanah dan lapangan pekerjaan.
Rezim
Jokowi-JK dalam menjalankan segala kebijakan semakin memperterang watak aslinya
yang anti rakyat dan fasis. Terbukti dengan meningkatanya tindaka pelarangan
berpendapat, kriminalisasi, penangkangan
hingga pembunuan terhadap rakyat yang berjuang atas hak demokratisnya. Di sektor Buruh, tindakan PHK, kekerasan dan
penangkapan terhadap buruh yang
melakukan perjuangan menutut upah layak semakin marak dilakukan. Sedangkan
tani, berdasarkan catatan Aliansi Gerakan Reforma Agraria di sepanjang 2016,
ada 30 konflik agraria di 12 provinsi, dari konflik tersebut terdapat 92 petani
menjadi korban kekerasan, 39 orang menjadi korban penembakan, 228 orang
ditangkap dan 83 orang dikriminalisasi.
Di
sektor Buruh migran. Berdasar catatat Keluarga Besar Buruh Migrant Indonesia
(KABAR BUMI) tindakan perdagangan manusia di indonesia tinggi, jumlah korban perdagangan manusia
terbesar dari NTT. Selama tahun 2015 dan 2016 (periode Januari-Juli) ada 1667
orang yang diberangkatkan. Selain itu,
ada 53 orang Buruh migrant yang dipulangkan dalam kondisi tidak bernyawa
ke NTT.
Pada
sektor pemuda mahasiswa, FMN mencatat 4 kali pembubaran dan pelarangan kegiatan
maupun aktivitas mahasiswa, 115 mahasiswa mendapatkan skorsing sepihak dari
pihak kampus, 24 orang mendapatkan Drop Out karena melakukan aksi demonstrasi
di kampus, 7 mahasiswa di tangkap, dan 1 mahasiswa di kriminalisasi.
Catatan-catatan ini menambah suram kondisi rakyat indonesia di bawah rezim
Jokowi-JK
Perkuat
Organisasi: Terus Kobarkan Cinta dan kesetiaan mengabdi pada Rakyat
Di tengah
berbagai penderitaan dan tindakan fasis dialami rakyat Menjadi dasar ilmiah
untuk meletakkan cinta dan kesetiaan mengabdi pada rakyat. .kecintaan dan
pengabdian kepada rakyat terwujud dalam kerja keras untuk membangkitkan mengorganisasikan dan
menggerakkan massa untuk melawan segala kebijakan Rezim Jokowi-JK anti rakyat
dan fasis.
Dalam
momentum Valentine Day kali ini, Front Mahasiswa Nasional menjadikan momentum
hari valentien menjadi ruang untuk memperkuat kecintaan dan kesetian mengabdi
pada rakyat. selain kami mengajak
seluruh pemuda mahasiswa untuk untuk diri mengabdi pada rakyat. dengan ambil
bagian secara aktif dalam perjuangan rakyat melawan segala kebijakan yang anti
rakyat dan fasis sebagai bentuk dari cinta sejati sesama manusia.
0 komentar:
Posting Komentar