Pemuda Mahasiswa Bangkit Bersatu Bersama Klas Buruh
dan Kaum Tani: Wujudkan Pendidikan yang Ilmiah, Demokratis dan Mengabdi Pada
Rakyat
Salam Demokrasi,
Belajarlah tentang
kenyataan, pahami secara mendalam dan ubahlah! Demi kedaulatan rakyat, demi
masa depan dan nasib baru, demi kemerdekaan sejati sebagai manusia.
Pada 18 Mei 2020
Front Mahasiswa Nasional (FMN) organisasi yang kita cintai telah berusia 17
tahun. Tentu usia ini ditapaki dengan penuh kesulitan dan kerikil tajam, seluruh tingkatan organisasi, pimpinan dan anggota
FMN selama ini terus berupaya untuk belajar, memperteguh diri, memperbaiki
kelemahan dan kesalahan dan meningkatkan seluruh capaian yang telah diraih.
Kita sedang menapaki jalan yang benar, untuk perubahan sejati pemuda mahasiswa
dan seluruh rakyat Indonesia.
Kami sampaikan
salut dan hormat setinggi-tingginya kepada seluruh pimpinan dan anggota Front
Mahasiswa Nasional (FMN) yang selama 17 tahun ini terus berupaya keras untuk
menunjukan konsistensi dan ketangguhannya demi kemajuan organisasi dan demi
perjuangan massa.
Inspirasi dan
pelajaran yang diberikan oleh berbagai organisasi rakyat, klas buruh, kaum
tani, perempuan dan sektor rakyat tertindas lainnya mengiringi perjalanan FMN
selama ini. Begitu banyak yang kami petik dari keteguhan hidup dan militansi
rakyat dalam berjuang. Begitu menginspirasi untuk terus memupuk dan menebalkan
semangat juang pemuda mahasiswa dalam pengabdiannya terhadap rakyat dan
perjuangannya.
Hormat dan
apresiasi yang tinggi juga kami sampaikan kepada seluruh lulusan FMN yang
hingga saat ini tetap teguh dan konsisten berjuang, mengembangkan dan
memperbesar organisasi rakyat. Sungguh jalan hidup yang mulia dan patut menjadi
tauladan bagi seluruh pimpinan dan anggota FMN. Pemuda-Mahasiswa memiliki tugas
suci nan panjang untuk berjuang bersama rakyat, mengabdikan ilmu pengetahuan,
tenaga, dan seluruh miliknya untuk perjuangan rakyat.
Kawan – kawan FMN yang militan,
Selama 17 tahun ini juga FMN telah diperlihatkan kebenaran dari
pandangan dan pendirianya tentang kondisi global dan masalah nasional di
Indonesia. Krisis kronis dalam tubuh dan sistem yang dibangun oleh imperialisme
di bawah komando Amerika Serikat semakin jelas terlihat.
Imperialis AS tidak lagi bisa menemukan obat untuk mengatasi krisis dalam tubuhnya. Sehingga sisa
tenaganya dicurahkan untuk melipatgandakan penghisapan dan tindasan terhadap
seluruh rakyat dunia. Menjaga dominasinya dari kontradiksi antar negeri
imperialis, dan dari gerakan rakyat untuk pembebasan di berbagai negeri yang
semakin meluas.
Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan krisis ekonomi, politik hingga
krisis kesehatan. Pandemi Covid-19 adalah kenyataan dari hancur dan tidak
mampunya imperialisme bersama sistem neoliberalnya memastikan dan menjamin
kesehatan rakyat. Covid-19 adalah satu dari begitu banyak penyakit berbahaya
yang tidak pernah menjadi perhatian serius pemerintah di berbagai negeri. Tiongkok yang disebut sebagai
pesaing utama Amerika Serikat dalam persoalan ekonomi, kini tertunduk lesu dan
harus mengakui bahwa Covid-19 telah membuktikan bahwa sistem sosial dan ekonomi
mereka jauh lebih rapuh dari yang terlihat. Begitu pula negeri-negeri Uni Eropa
yang sama tidak berdayanya, mereka bersaing untuk pengembangan kapital dan
ekspansinya ke berbagai negeri miskin seperti Indonesia, namun luluh lantah oleh Covid-19. Kondisi
lebih buruk pun terjadi di Amerika Serikat sebagai negara pengusung utama dikte
neoliberal, menjadi kekuatan ekonomi dan militer terbesar di dunia, memiliki
begitu banyak pemerintahan bonekanya di berbagai negeri (termasuk Indonesia),
namun Covid-19 membungkam Donald Trump yang tidak lagi bisa berpidato dengan
percaya diri dan lantang.
Namun, bukan imperialis namanya jika tidak berupaya untuk
berkelit, mencari obat penyembuh sementara dari krisisnya. Jalan yang ditempuh
tidak lain adalah dengan mengorbankan rakyat berbagai negeri dengan penghisapan
yang berlipat. Di AS, terdapat 22 juta orang pekerja yang di PHK dan tidak
mendapatkan jaminan kesehatan selama pandemi Covid-19 terjadi. Bahkan secara global, International
Labour Organization (ILO) mencatat sebesar 81% atau 2,67 Miliar orang
pekerja di seluruh dunia dihadapkan dengan penutupan sementara perusahaan dan
1,25 miliar buruh di antaranya dalam kondisi terkena PHK, pemotongan upah dan
pengurangan waktu kerja.
Persoalan pendidikan juga semakin meluas dan
membebani rakyat di AS. Mahasiswa dipaksa untuk berhutang untuk membiayai
pendidikannya. Akibat kebijakan tersebut, 70% dari mahasiswa di AS adalah
penerima Student Loan dan lebih dari 44 juta di antaranya memiliki total
pinjaman senilai US$ 1,4 triliun. Bahkan sebuah penelitian dari One Wisconsin
Institute mengemukakan bahwa butuh 19,7 tahun bagi mahasiswa untuk dapat
melunasi utang pendidikan tersebut. Bank Sentral AS (The Fed) menyampaikan
bahwa akibat dari kebijakan tersebut rakyat AS memiliki rata – rata sisa
pinjaman pendidikan sebesar US$ 33.765 per orang di usia 40 tahun. Inilah sistem yang diadopsi dan diagungkan berbagai negeri di eropa,
negeri-negeri kapitalis di Asia, hingga pemerintah Indonesia yang juga
mengadopsi sistem tersebut. Pendidikan memang dijadikan bisnis besar dari
imperialis dan pemerintah anti rakyat untuk mendapat keuntungan yang sangat
besar.
Situasi tersebut semakin memperterang pandangan kita bahwa
imperialisme AS adalah musuh dari seluruh rakyat dunia, merupakan musuh dan
sumber masalah dari rakyat Indonesia. Oleh karenanya, sistem dan era
imperialisme saat ini juga menunjukan pembusukan dan kemerosotannya kepada
kita. Maka semakin jelas bahwa hari
depan dari sistem dan era imperialisme
adalah Liang Kubur, sementara hari
depan dari perjuangan rakyat adalah kemenangan yang gemilang.
Di Indonesia, di bawah kekuasaan rezim Joko
Widodo (Jokowi) telah semakin menindas dan memerosotkan penghidupan seluruh rakyat
Indonesia. Rezim Jokowi terus menipu rakyat dengan program strategisnya
dan aturan-aturan sebagai pelaksanaan Paket Kebijakan Ekonomi neoliberal, sejak
tahun 2015, yang membiarkan perampokan kapitalis monopoli internasional,
menguatkan monopoli tanah dalam sistem pertanian terbelakang, industri
terbelakang yang bergantung pada utang dan investasi asing serta mengandalkan
upah murah bagi buruh! Ini pula yang menjadikan industi dan sektor kesehatan di
Indonesia tidak berkembang dan tetap terbelakang. Sementara, rakyat terus
dipaksa untuk menanggung beban krisis.
Bahkan di tengah Pandemi Covid-19, pemerintahan
Jokowi tetap berupaya untuk memberikan stimulus dan kemudahan bagi korporasi
dalam negeri maupun milik imperialis. Di saat Tiongkok sedang berjibaku dengan
Covid-19, pemerintah Indonesia justru terus berkeras untuk mengesahkan RUU
Cipat Kerja yang ditolak oleh berbagai gerakan demokratis rakyat. Lebih buruk
lagi, pemerintah justru memanfaatkan bencana Covid-19 dengan melakukan langkah
stimulus ekonomi untuk sektor jasa transportasi, khususnya pesawat terbang dan
sektor pariwisata. Seperti apa yang diputuskan oleh Jokowi dengan memberi harga
diskon 30% tiket pesawat dengan 10 destinasi wisata dengan anggaran Rp 443,39
miliar dan pembebasan pajak bagi hotel serta restoran dengan memberikan hibah
kepada pemerintah daerah sebesar Rp 3,3 triliun.
Sedangkan nasib klas buruh dan seluruh rakyat
Indonesia dipertaruhkan untuk hidup di bawah terror Covid-19, PHK, pemotongan
upah, tidak bisa berdagang, hingga terror dari pemerintah dengan berbagai
sanksi. Saat ini lebih dari 2 juta buruh di Indonesia yang di PHK, dirumahkan
dan mengalami pemotongan upah. Sebagian besar klas buruh juga tetap dipaksa
untuk bekerja meskipun perusahaan tersebut tidak ada korelasinya dengan
penanganan covid-19 secara langsung. Hal tersebut dilakukan oleh perusahaan
demi mendapatkan super profit dan mengkambing hitamkan Covid-19 saat ini.
Masalah krisis kesehatan tidak berdiri
sendiri, hal tersebut juga terjadi karena imbas dari monopoli dan perampasan
tanah demi melanggengkan sistem setengah feodal di perdesaan. Monopoli pada sektor agraria berimbas hancurnya kedaulatan
pangan rakyat. Selain menguasai tanah, tuan tanah dan borjuasi besar juga
menguasai hasil produksi pertanian dari kaum tani. Membeli dengan harga yang
murah dari kaum tani dan menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Sementara itu, kaum tani dan klas pekerja lainnya di Indonesia hidup dengan
upah rendah dan tidak mampu untuk menkonsumsi makanan yang bergizi, apalagi
jika harus menambahnya dengan vitamin. Hal tersebut berimbas menjadi bencana
kelaparan, gizi buruk, semakin rentannya rakyat terhadap berbagai penyakit,
termasuk yang disebabkan oleh virus.
22 juta rakyat Indonesia mengalami kelaparan.
Begitu pula dengan kondisi balita Indonesia, lahir dari rahim rakyat miskin
yang sulit mengakses pangan dan nutrisi bukanlah takdir. Namun kenyataanya,
UNICEF pada tahun 2019 menyatakan di Indonesia terdapat 50 – 59% mengalami
pertumbuhan yang tidak baik diakibatkan oleh masalah gizi. Bahkan di tengah
pandemi Covid-19, Jokowi justru menghantam rakyat dengan menaikan iuran BPJS
Kesehatan melalui Peraturan Presiden No 64 Tahun 2020.
Kawan-kawanku,
Mahasiswa Harus Bangkit Berjuang!
Imbas besar juga menimpa
kita sebagai pemuda mahasiswa. Pemuda terus dihadapkan oleh realita hidup yang
semakin sulit. Sempitnya lapangan pekerjaan, mahalnya biaya pendidikan, dan
dirampasnya demokrasi membuat masa depan pemuda kian suram.
Melalui kurikulum dan
orientasi pendidikannya, pemerintah terus memperlebar jarak pemisah antara
pemahaman teori ilmu pengetahuan dan pengembangan kemampuan praktik.
Seolah-olah untuk kemajuan rakyat, pendidikan harus dipisahkan antara ilmu
pengetahuan teoritik dan program praktik kejuruan. Namun itu semua semata hanya
untuk memastikan ketersediaan cadangan tenaga kerja melalui pengingkatan jumlah
program vokasional.
Dengan demikian itu, maka kebutuhan perusahaan-perusahaan
besar atas tenaga kerja berskill rendah dan berupah murah akan semakin tersedia
luas. Bahkan pemerintah terus mempromosikan dan mendorong dihapuskannya
berbagai jurusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar dan menggantinya
dengan yang lebih adaptif terhadap fenomena yang disebut-sebut revolusi
industri 4.0. Pemerintah mendorong dibukanya jurusan baru seperti jurusan
Logistik, Ritel, Packaging, E-Sport, Elektronika dan Green Building. Lulusan
sekolah kejuruan dan vokasi dilempar untuk menjadi buruh-buruh murah di
berbagai cabang industri di Indonesia. Mereka terus memadati kawasan pabrik
manufaktur, pertambangan, industri pengolahan, buruh jasa, dan pekerja
serabutan. Dipaksa tunduk dihadapan mesin, tidak memiliki kedaulatan dalam
melakukan kerja produksi, na’as
sekali nasib pemuda mahasiswa.
Sementara itu, di tengah krisis ekonomi yang semakin akut,
rakyat juga dibebani dengan beban kehidupan akibat pandemi Covid-19. Mahasiswa
dibebani dengan sistem pembelajaran jarak jauh, kenaikan uang kuliah, dan tanpa
bantuan berarti dari pemerintah. Saat ini gerakan mahasiswa terus berupaya
untuk berjuang menuntut haknya. Mulai dari menuntut subsidi untuk belajar online, hingga tuntutan pengembalian
uang semester dan menggratiskan biaya kuliah selama beberapa semester kedepan. Tuntutan
tersebut harus diperjuangkan oleh massa mahasiswa, bungkam rektor kampus dan
pemerintah dengan gerakan demonstrasi besar di berbagai kampus!
Ilmu pengetahuan yang diajarkan tidak pernah memberikan
jawaban atas kemiskinan yang terjadi, hanya sebatas insturksi untuk saling
berbagi, solidaritas sosial, donasi sosial yang tidak akan pernah melepaskan
rakyat dari belenggu kemiskinan. Pemerintah juga mengelabui rakyat dengan
menyatakan bahwa Indonesia tidak bisa hidup tanpa utang dan investasi asing.
Fenomena korupsi dipersempit sebatas masalah oknum dan moralitas.
Sementara itu, demi menjaga pengaruh dan dominasi penghisapan feodalisme oleh
tuan tanah, pemerintah mengubah esensi dari nilai-nilai kebudayaan rakyat,
seperti “menjaga adat dan tradisi” dan “budaya timur”. Sungguh pemutarbalikan
nilai yang hanya bertujuan untuk menundukan rakyat. Semua itu merupakan peran
aktif kampus-kampus di Indonesia dalam memproduksi ilmu pengetahuan yang
berpihak pada kepentingan imperialisme dan feodalisme.
Sungguh realita yang tentunya tidak bisa kita terima begitu saja. Itu
semua bukan alamiah, bukan pula takdir kita. Seluruh petaka yang disebabkan
oleh musuh rakyat dapat dihentikan dan diubah. Pemuda-mahasiswa harus terus berjuang
bersama rakyat, ubah keadaan untuk kemenangan sejati !
Kawan – kawanku yang Cinta Perubahan,
Front Mahasiswa Nasional
yang telah menginjak usia 17 tahun tentu sudah melalui perjuangan panjang untuk
menjadi semakin besar dan maju dalam membangkitkan, mengorganisasikan dan
menggerakan massa mahasiswa. Tugas sejarah FMN sebagai alat perjuangan
mahasiswa untuk menjadi tenaga pendukung yang aktif dalam perjuangan massa
rakyat tertindas di Indonesia belum usai. Ribuan anggota dari ratusan kampus
yang telah kita organisasikan adalah capaian yang harus ditingkatkan. Sementara
pengalaman praktik dan teori maju yang kita pelajari harus mampu dijadikan
pembelajaran memperbaiki seluruh kelemahan.
Seluruh Pimpinan dan Anggota
FMN harus mengubah dan meninggalkan cara kerja yang keliru, penyebab lahirnya
berbagai problem dalam tubuh organisasi. FMN harus kembali pada prinsip kerja
massa yang telah ditetapkan oleh organisasi, prinsip yang selama ini terus
berupaya untuk ditegakan namun masih belum dipahami dan dijalankan secara
konsekuen oleh seluruh tingkatan organisasi. Hal ini yang menyebabkan FMN kerap
mengalami kesulitan dan terhambat dalam mengembangkan organisasi secara cepat
meluas dan besar.
FMN harus kembali giat dan
tanpa lelah melakukan pembelajaran, memahami keadaan objektif rakyat dan
lingkungan di mana kita melakukan kerja organisasi. Menghubungkan temuan-temuan
objektif dengan analisa yang tepat sehingga mampu menghasilkan pengetahuan yang
sistematis, tidak sepotong, dan tidak menyesatkan. Buang jauh – jauh
subjektivisme dalam mejalankan kerja organisasi. Tidak ada istilah “jalanin
yang gampang saja”, “yang penting jalan”, apalagi anggapan bahwa pemikiran kita
yang paling benar tanpa melakukan investigasi yang sistematis dan mendalam.
Bekerja dengan dipandu
melalui program, target, sasaran dan berbasis pada pengetahuan objektif adalah
syarat pertama seluruh kerja politik dan organisasi kita dapat tepat diterima
oleh massa. Kita harus memiliki visi membangun organisasi yang besar di seluruh
kampus, khususnya di Universitas/Institut besar dan strategis yang sudah
ditetapkan bersama. Kampus besar dan strategis adalah tembok kebudayaan yang
dibangun oleh klas penguasa untuk menopang tindasan dan penghisapan yang mereka
jalankan. Oleh karena itu, FMN harus mampu bertarung di tempat-tempat tersebut,
merebut keberpihakan massa dan membangun kekuatan untuk meruntuhkan tembok
milik imperialis, tuan tanah, dan rezim anti rakyat. Menggantinya menjadi
laboratorium ilmiah dan mengabdi pada rakyat.
FMN harus menjadikan kampus
mampu melahirkan sarjana, insinyur, professor, guru, dokter, wartawan,
sastrawan, seniman, dan ahli dalam berbagai ilmu dari rakyat. Lulusan perguruan
tinggi harus memiliki semangat untuk pengabdian pada rakyat, mengubah keadaan,
dan memajukan peradaban. Tidak lagi
membedakan dan memisahkan antara pengetahuan teori dengan praktek, kerja otak
dan kerja fisik, sehingga paripurnalah pengetahuan intelektual yang demikian
itu. Seluruh intelektual yang tidak kenal lelah untuk mengabdi pada rakyat-lah
yang sejatinya mendapat penghargaan atas capaian dan ilmu pengetahuan yang
mereka miliki.
Hanya intelektual yang
mengabdikan diri, pengetahuan dan tenaganya bagi rakyat yang mampu mendorong
perjuangan reforma agraria sejati dan pembangunan industri nasional di
Indonesia. Maka, kerja keras FMN untuk membangkitkan, mengorganisasikan,
mengorganisasikan, mengorganisasikan, dan menggerakan massa mahasiswa harus
terus ditingkatkan. Gelombang pasang kemenangan sejati rakyat akan kita
ciptakan bersama, jayalah perjuangan demokratis nasional !
FMN dalam kesempatan ini
juga menyampaikan dengan penuh kerendahan hati kepada seluruh pemuda mahasiswa
Indonesia, kami mengajak seluruh mahasiswa untuk bergabung menjadi anggota FMN.
Mari kita belajar, berorganisasi dan berjuang bersama rakyat!
Kawan-kawan sekalian, demikian pidato singkat ini saya sampaikan. Sekali lagi, saya
haturkan rasa bangga kepada seluruh
pimpinan dan anggota FMN. Selamat Hari Lahir ke-17 tahun bagi organisasi kita.
Majulah Perjuangan Massa, Majulah Perjuangan FMN !
Panjang Umur Front Mahasiswa Nasional !
Jayalah Front Mahasiswa Nasional !
Hidup Mahasiswa !
Jakarta, 18 Mei 2020
Hormat
Kami,
PIMPINAN PUSAT
FRONT MAHASISWA NASIONAL
Symphati Dimas Rafi'i
Ketua Umum
0 komentar:
Posting Komentar