Organisasikan Kaum Tani Lebih Luas, Lipat Gandakan Kesadaran Kaum Tani Sebagai Kekuatan Pokok Perubahan Agraria untuk Pembebasan Bangsa dan Rakyat Indonesia
Amerika
Serikat telah berada dalam resesi setelah pertumbuhan ekonominya mencapai minus
32,9 persen pada kuartal II 2020. Konsumsi rumah tangga anjlok 25%. Angka ini
melampaui krisis keuangan di angka minus 8,4 % 2008 dan
hanya kalah dari resesi tahun 1921. Kantor Statistik Jerman memberikan laporan
bahwa pada kuartal II 2020 mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi minus 10,1%
setelah sebelumnya mencatat angka minus 2%. Beberapa negeri kecil yang
sebelumnya menikmati pertumbuhan ekonomi dan mengalami peningkatan
kesejahteraan seperti Korea Selatan, Hongkong dan Singapura, bersama-sama
dengan Amerika Serikat dan Jerman menjadi lima negara pertama jatuh dalam
resesi 2020.
Amerika
Serikat telah berada dalam resesi setelah pertumbuhan ekonominya mencapai minus
32,9 persen pada kuartal II 2020. Konsumsi rumah tangga anjlok 25%. Angka ini
melampaui krisis keuangan di angka minus 8,4 % 2008 dan hanya kalah dari resesi
tahun 1921. Kantor Statistik Jerman memberikan laporan bahwa pada kuartal II
2020 mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi minus 10,1% setelah sebelumnya
mencatat angka minus 2%. Akan tetapi Amerika Serikat masih berkedudukan sebagai
kekuatan adikuasa tunggal imperialis. Di tengah krisis imperialisme yang
berulang-ulang yang semakin panjang periode pemulihannya, kekuatan ekonomi,
politik, kebudayaan dan kemiliterannya masih belum tertandingi oleh negara
industrial kapitalis manapun di dunia.
Amerika
Serikat adalah pengarah dan pemimpin utama arah perkembangan Indonesia saat
ini. Karena itu, Indonesia sangat vital bagi kepentingan Amerika Serikat dan
juga bagi kekuatan imperialis lainnya. Secara strategis kapital finans Amerika
Serikat di Indonesia dan instrumen ekonomi-politik lainnya adalah bagian dari
upayanya menghambat Indonesia menjadi pesaing besar yang baru, menjadi negeri
industrial kapitalis maupun industrial sosialis.
Di
bawah sistem ekonomi setengah feodal, Indonesia sangat bergantung pada produksi
pertanian terbelakang yang dikuasai oleh para tuan tanah besar yang terhubung
langsung dengan imperialisme. Para tuan tanah besar tersebut memproduksi bahan
mentah pertanian untuk keperluan ekspor mengandalkan tenaga tidak terampil tani
miskin, tani sedang bawah dan buruh tani dengan upah kerja yang sangat ekstrem
rendahnya dan sistem bagi hasil yang sangat timpang. Tani kecil perseorangan
dengan berbagai jenis tanaman komoditas untuk pasar dalam negeri dan ekspor
seluruhnya berada dibawah kontrol tuan tanah besar. Demikian pula dengan para
tani kaya dan tuan tanah kecil juga berada dalam kontrolnya.
Tanpa
penghancuran para tuan tanah besar ini pertanian Indonesia tetap akan
terbelakang, tanah luas tidak ada gunanya, tenaga kaum tani dan buruh tani
tidak berharga, hasil kerja kaum tani tetap diekspor dengan harga sangat murah
yang berakibat pada upah kerja dan bagi hasil yang sangat timpang. Tidak ada
kemajuan berarti organisasi kerja, pengetahuan dan keterampilan pertanian di pedesaan.
Alat kerja tetap tradisional dan bahkan sangat terbelakang melipat-gandakan
beban kerja dan mengancam keselamatan buruh tani yang menggunakannya. Dalam
negeri, rakyat tetap kekurangan pangan dan material perkakas seperti kayu,
rotan dan bambu menjadi langka untuk pembangunan rumah sangat langkah dan
mahal. Perlahan seluruh keperluan hidup bergantung pada impor termasuk produk
peternakan dan perikanan.
Utang
Luar Negeri Indonesia mencapai US$ 409 Milyar Juli 2020. Sebagian utang
tersebut adalah utang swasta sebesar US$ 207,9 Milyar dengan pertumbuhan 6,1%
dan sisanya utang pemerintah sebesar US$ 201,8 Milyar dengan pertumbuhan
sebesar 2,2%.
Pada
saat yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuarter ke II mencapai minus
5,32%, maret 2020 minus 2,41%, memburuk dari minus 1,71% pada Desember 2019 dan
3,06% pada September 2019. Semua data ini sangat jauh berbeda dengan
perhitungan negara reaksi dan para ekonom pendukungnya. Ilusi mereka tentang
Indonesia menjadi lima besar ekonomi dunia pada tahun 2030 betul-betul seperti
“katak hendak jadi Lembu”.
Pemerintahan
Presiden Joko Widodo adalah penerus pemerintah boneka sebelumnya. Ia adalah
representasi klas borjuasi besar komprador dan tuan tanah besar yang berkuasa.
Kedua klas tersebut adalah kaki tangan imperialis adikuasa tunggal Amerika
Serikat yang hanya 2% tetapi menguasai hingga 40% lebih tenaga produktif
Indonesia : Tenaga kerja, kapital, tanah, dan kekayaan alam sejak 1949 dan
terutama dengan sangat leluasa sejak 1967. Dari penghisapannya di Indonesia,
Amerika Serikat dapat mengalihkan beban krisis over-produksi dan mengalirkan
penumpukkan kapital yang terancam membusuk.
Selama
era Pandemi Covid-19 ini dengan terang memperlihatkan dominasi Imperialis dan
inferioritas Indonesia. Ketidak-mampuan Indonesia dalam menangani penyakit ini
dan begitu saja mengikuti arahan imperialis Amerika Serikat dan badan-badan PBB
yang didominasinya. Berbagai kebijakan dan peraturan utama yang dilahirkan dalam
penanganan COVID-19 berada di bawah dikte imperialis. Dua masalah mengemuka
sekaligus, pertama penanganan COVID-19 itu sendiri dan kedua, menjaga sistem
ekonomi setengah feodal dengan memastikannya tetap tumbuh, setidaknya tidak
jatuh dalam resesi yang parah, dan kapital imperialis tetap aman dan dapat
membiak. Instrumen utang luar negeri dan investasi adalah mesin utama dalam
penanganan COVID-19.
Covid-19
telah membuat kaum tani semakin tenggelam dalam sewa tanah terutama bagi hasil
yang timpang, peribaan produksi dan perdagangan, dan upah buruh tani yang
sangat ekstrem rendahnya. Hasil kerja kaum tani yang terus merosot dan
fluaktuatif berbanding terbaik dengan keperluan produksi dan konsumsi yang
terus meningkat dan tetap. Pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak bisa berbuat
apapun dalam menghadapi masalah ini selain menyerahkannya pada “pasar komoditas
internasional” dan meminta utang luar negeri untuk diberikan pada rakyat dalam
bentuk kredit sangat mikro dan “Bantuan Sosial” yang tidak seberapa.
Hari Tani Nasional Addalah Peringatan Keras Bagi Gerakan Pembebasan Rakyat di Indonesia. Ini adalah yang kesekian kalinya rakyat khususnya kaum tani Indonesia memperingati Hari Tani Nasional yang ditetapkan Sukarno demi membanggakan keberhasilannya melahirkan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960.
Memperingati Hari Tani Nasional bagi bangsa dan rakyat Indonesia memperingatkan diri dengan keras agar menghindari dan tidak mengulang dua hal sekaligus :
- Keraguan dan setengah hati Pemerintahan Sukarno dalam menjalankan Land reform sejati di Indonesia. Dia melakukan land reform hanya untuk meredam inisiasi gerakan anti tuan tanah besar-termasuk di dalamnya gerakan anti swapraja yang perlahan meluas di Indonesia. Ada dua hal yang dilakukan Sukarno untuk meredam gerakan anti tuan tanah besar yang disebut aksi sepihak oleh klas reaksioner di Indonesia. Pertama, mengambil-alih dengan kompensasi seluruh perkebunan besar karet dan pertambangan milik asing dengan kompensasi pada penghujung 1950-an yang diserahkan pengelolaannya pada tentara yang dianggap sebagai institusi paling modern secara pengetahuan dan manajemen. Setelah tahun 1965, Presiden Suharto segera mengembalikan perusahaan-perusahaan itu kembali pada pemiliknya semula dan dana kompensasi yang telah dibayarkan Sukarno dianggap sebagai SAHAM pemerintah hingga saat ini. Kedua, melahirkkan UUPA No.5 Tahun 1960, berharap land reform dilakukan oleh negara. Puncak dari seluruh “keraguan dan tindakan setengah hati” tersebut adalah penggulingan Sukarno oleh klas reaksioner Indonesia.
- Memperingatkan diri pada kekeliruan garis politik Revolusi Indonesia yang oportunis – yang dijalankan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan D.N Aidit. Sebagaimana Sukarno, Aidit berusaha menggunakan negara reaksi dan kedudukannya sendiri dalam pemerintahan sebagai Wakil Perdana Menteri untuk mempengaruhi dan menggertak musuh-musuhnya demi “memperkuat kekuatan pro rakyat” dalam negara RI. Salah-satu prakteknya adalah mengubah peraturan-peraturan negara seperti membuat UUPA No.5 Tahun 1960, mendirikan pengadilan Land Reform dan seterusnya. Berharap dengan hal tersebut LAND REFORM sejati dapat dilakukan di Indonesia. Hasilnya, tidak hanya Sukarno digulingkan, tetapi PKI dan gerakan rakyat Indonesia dihancurkan hingga akar-akarnya.
Karena
itu, land reform sejati tidak boleh lagi mengikuti keraguan Sukarno dan
mengikuti garis politik petualanganisme Aidit. Dua-duanya tidak relevan sebagai
strategi dan taktik membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia yang setengah
jajahan dan setengah feodal, di mana rakyat menghadapi tiga masalah pokok :
Imperialisme, Feodalisme dan Kapitalis Birokrat. Land Reform sejati hanya
sukses apabila bersandar sungguh pada kekuatan pokok tani miskin, buruh tani,
tani sedang bawah. Land Reform sejati hanya bisa dimenangkan apabila dipimpin
oleh klas buruh yang sadar dengan dukungan penuh dari kaum inteletual dan
profesional demokratis di Indonesia. Land reform sejati tidak saja membebaskan
kaum tani, tetapi pintu gerbang pembebasan seluruh klas-tertindas dan terhisap
Indonesia, pintu gerbang membangun industri nasional. Tanpa pengecualian, dalam
tahap perjuangan yang sekarang, seluruh rakyat tertindas dan terhhisap
Indonesia harus memerankan dirinya sebagai “aktivis tani-aktivis land reform
sejati”. Kita semua harus ambil bagian aktif dengan tugas dan tanggung-jawab
masing-masing ambil bagian aktif mengintensifkan perjuangan untuk program
minimum land reform utamanya anti sewa tanah dan peribaan di pedesaan.
Hari Tani
Nasional 2020, Front Perjuangan Rakyat menuntut menyerukan “Intensifkan Program Minimum Land Reform
Sejati dalam Rangka menghancurkan Monopoli Tanah di Indonesia” dan Menuntut :
- Bagi Hasil yang adil bagi para penggarap di perkebunan besar kayu, sawit, karet, gula, komoditas ekspor lainnya milik Imperialis dan Tuan Tanah Besar tingkat nasional.
- Berikan Upah Buruh Tani yang lebih baik di perkebunan besar milik Imperialis dan Tuan Tanah besar tingkat nasional.
- Hapuskan Peribaan di Pedesaan.
- Perbaiki harga komoditas dan harga keperluan hidup kaum tani.
- Sediakan Input Pertanian, peternakan dan perikanan dari industri nasional sendiri, bukan produksi paten di bawah lisensi dan tidak berbahan baku impor serta tidak bersumber pada pendanaan hutang dan investasi asing.
- Sediakan Alat-Alat Pertanian Modern yang mudah di akses oleh kaum tani.
- Sediakan Sistem Pendidikan dan Kesehatan yang lebih baik di Pedesaan.
- Sediakan Rumah sakit bersalin dan pusat perawatan anak-anak yang maju, murah dan mudah di jangkau di seluruh pedesaan Indonesia.
- Hapus semua pajak atas seluruh komoditas kaum tani
- Berikan kompensasi kepada kaum tani yang terdampak Covid 19
- Hentikan pengakuan nominal atas tanah-tanah ulayat di pedalaman Indonesia yang bertujuan untuk pembatasan kekuasaan Suku Bangsa Minoritas dan mempermudah perampasan tanah untuk perkebunan besar, HPH, pertambangan dan infrastruktur.
Hidup Rakyat Tertindas dan Terhisap
Jayalah Perjuangan Rakyat
Jakarta, 23 September 2020
Hormat kami
Front Perjuangan Rakyat (FPR)
Rudi HB. Daman
Koordinator Umum
Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Gabungan
Serikat Buruh Indonesia (GSBI), Pemuda Baru Indonesia (PEMBARU-Indonesia), Front
Mahasiswa Nasional (FMN), Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI), Serikat
Demokratik Mahasiswa Nasional (SDMN), Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia
(KABAR BUMI), Institute for National and Democracy Studies (INDIES)
1 komentar:
Halo,
Nama saya ANITA LANSAM (lansamanita@gmail.com) dari Tambun, Indonesia Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ALLAH yang telah mengakhiri penderitaan saya melalui Avants Loans karena telah memberikan pinjaman sebesar Rp280.000.000,00. Bagi yang sedang mencari pinjaman harus sangat berhati-hati karena banyak sekali lender palsu dimana-mana, hanya sedikit yang asli. Saya mengatakan ini karena saya scammed hampir Rp40jt. Hanya PINJAMAN AVAN yang nyata dan tepercaya karena mereka mentransfer pinjaman saya ke rekening saya tanpa menghabiskan banyak waktu. Mereka yang mencari pinjaman online asli dan sah harus menghubungi AVANTS LOAN melalui
Email: (avantloanson@gmail.com)
Whatsapp: (+6281334785906)
Posting Komentar